Kisah Mahasiswa ITERA Peraih Medali Emas dan Perunggu di POMNas XVIII

Kisah Mahasiswa ITERA Peraih Medali Emas dan Perunggu di POMNas XVIII

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (ITERA) berhasil menyumbangkan prestasi gemilang dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) XVIII tahun 2023, yang diselenggarakan di Kalimantan Selatan. Vioren Carissa dari Program Studi Teknik Industri meraih medali emas dalam cabang olahraga catur kelas standar perorangan putri. Sementara itu, Rizqi Japanda dari Program Studi Teknik Geologi dan Rizki Enjel Pinata dari Program Studi Teknik Sipil masing-masing meraih medali perunggu dalam cabang kempo kelas randori putra (55 kg) dan pencak silat kelas A putri (45-50 kg).

Vioren Carissa, peraih medali emas catur kelas standar perorangan putri, menilai, permainan catur bukanlah sesuatu yang sederhana, akan tetapi penuh dengan teka-teki yang menantang. Meskipun terlihat simpel, banyak masalah dan tantangan yang harus diatasi dalam bermain catur. Hal inilah yang memicu rasa tertantang dan rasa ingin tahu, mendorongnya untuk memahami lebih dalam dunia catur.

Sebagaimana kebanyakan mahasiswa, Vioren juga memiliki kesibukan dengan perkuliahan, akan tetapi ia tetap konsisten berlatih secara online setiap hari. Strategi kompetitifnya melibatkan persiapan menyeluruh, baik dari segi pengetahuan mengenai catur maupun dengan memahami gaya bermain lawan-lawan yang akan dihadapinya dalam perlombaan.

“Bagi saya, kuliah tetap prioritas. Jangan sampai waktu yang didapatkan hanya dimanfaatkan dengan bersantai saja, tapi berusaha keras untuk mencapai masa depan yang lebih baik.”

Tak lupa, Vioren menyoroti pentingnya menjaga kesehatan fisik. Meskipun catur tidak memerlukan kekuatan fisik seintens olahraga berat, namun tetap saja olahraga ini menguras  banyak tenaga untuk terus berpikir. Vioren juga menekankan  pengelolaan waktu yang bijak antara kuliah dan hobinya, sebagai suatu aspek krusial dalam menjalani kehidupan seimbang. “Bagi saya, kuliah tetap prioritas. Jangan sampai waktu yang didapatkan hanya dimanfaatkan dengan bersantai saja, tapi berusaha keras untuk mencapai masa depan yang lebih baik,” ujar Vioren.

Minat Kempo Sejak Usia 10 Tahun

Sementara, Rizqi Japanda, peraih medali perunggu dalam cabang kempo kelas randori putra (55 kg), menceritakan bahwa minatnya terhadap olahraga ini tumbuh sejak usia 10 tahun karena terinspirasi dari ayahnya yang juga berprestasi dalam olahraga ini.

Dalam menghadapi kejuaraan POMNas, Rizqi dihadapkan pada tantangan berupa minimnya dukungan suporter karena kurangnya jumlah atlet yang turun dalam cabang Kempo. Situasi ini berdampak pada rendahnya antusiasme dukungan terhadapnya. Meskipun demikian, Rizqi mampu mengatasi hambatan tersebut dengan mempercayai kemampuannya sendiri tanpa meremehkan lawan-lawannya. Mental dan fisiknya telah diuji melalui berbagai event nasional sebelumnya, memberinya kepercayaan diri yang cukup untuk tampil maksimal dalam kompetisi ini.

Rizqi menciptakan keseimbangan antara kuliah dan Kempo dengan berlatih setiap hari setelah jam perkuliahan. Ia melihat masa depannya dalam dunia Kempo dengan harapan dapat mengikuti even  mahasiswa dan terus meraih prestasi.

Untuk menjaga keseimbangan antara kuliah dan Pencak Silat, kuncinya yaitu membagi waktu dengan baik. misalnya, pagi untuk berkuliah, sore untuk berlatih, dan malam untuk mengulas kembali materi perkuliahan

Sementara Rizki Enjel Pinata, peraih medali perunggu dalam cabang pencak silat kelas A putri (45-50 kg), menceritakan bahwa ketertarikannya pada seni beladiri muncul saat promosi seni beladiri di sekolah dasar. Dalam POMNas XVIII, Rizki menghadapi tantangan internal seperti rasa deg-degan dan gugup. Untuk mengatasi hal ini, ia fokus pada hal-hal yang membuatnya lebih enjoy, seperti mendengarkan musik. Rizki menjelaskan bahwa persiapan melibatkan latihan rutin dan menjaga keseimbangan antara kuliah dan pencak silat dengan manajemen waktu yang baik.

“Untuk menjaga keseimbangan antara kuliah dan Pencak Silat, kuncinya yaitu membagi waktu dengan baik. misalnya, pagi untuk berkuliah, sore untuk berlatih, dan malam untuk mengulas kembali materi perkuliahan,” ujar Rizki.

Prestasi gemilang ketiga mahasiswa ITERA ini memberikan inspirasi bagi rekan-rekan mereka, tak hanya mencerminkan dedikasi mereka dalam olahraga, tetapi juga kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas akademis dan hobi.

Jurnalis : Muhammad Fasya Atthoriq (Teknik Informatika)