Dorong Peningkatan Kualitas, Fakultas Sains Itera Gelar Workshop Pembaruan Kurikulum

Dorong Peningkatan Kualitas, Fakultas Sains Itera Gelar Workshop Pembaruan Kurikulum

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Fakultas Sains Institut Teknologi Sumatera (Itera) mengadakan Workshop Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum, sebagai upaya peningkatan kualitas  akademik. Workshop yang dilaksanakan di Aula Gedung Kuliah Umum 2 Itera, Kamis, 25 April 2024, menghadirkan narasumber dosen Universitas Gunadarma, Prihandoko, MIT., PhD.

Dalam kegiatan yang mengusung tema Mendalami Proses Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi : Langkah-langkah Menuju Kualitas dan Relevansi yang Lebih Tinggi tersebut, Dekan Fakultas Sains Itera, Dr. Ikah Ning Prasetyowati Permanasari, S.Si., M.Si., menyampaikan bahwa evaluasi kurikulum dilaksanakan karena tahun ini, Itera memasuki satu dekade. Selama ini, kurikulum di Fakultas Sains Itera masih mengacu pada modul-modul dari ITB dan secara lengkap program studi di Fakultas Sains diinstruksikan untuk memperbaharui dan mengevaluasi kurikulum yang digunakan.

“Workshop ini salah satu upaya kami untuk mengevaluasi dan memperbaharui kurikulum secara lengkap dan menghasilkan capaian tujuan yang baik yang sesuai dengan visi dan misi,” ujar Dr. Ikah.

Dalam sesi materi, Prihandoko, MIT., PhD., menyampaikan softskill mahasiswa harus dikuatkan, dan dalam asesmen dapat menerapkan sistem Amerika dan memenuhi 5 instrumen yang harus dimiliki yaitu, kemampuan analisis (hardskill), kemampuan design (hardskill), kemampuan komunikasi (softskill), profesionalisme (softskill), teamwork dan leadership (softskill). Dalam hal ini, Prihandoko menekankan softskill lebih penting dari hardskill dan perlu menyiapkan softskill yang lebih kuat.

“Untuk menerapkan sistem pembelajaran OBE ini kita harus punya pikiran besok mahasiswa saya harus bisa apa, bukan hanya mereka dapat materi saja”

Pembelajaran OBE

Prihandoko juga menyampaikan mengenai sistem pembelajaran Outcome Based Education (OBE) yang merupakan kurikulum yang mengacu pada outcome. Sehingga tidak materi saja yang harus diaplikasikan di dalam kelas, akan tetapi juga mempersiapkan bagaimana lulusan (outcome) yang telah dibekali kemampuan untuk menghadapi dunia kerja. Kampus juga harus mampu memproyeksikan lulusannya ke depan, agar bisa bersaing secara internasional.

Dalam kesempatan yang sama, Prihandoko juga menyampaikan perbedaan sistem pembelajaran tradisional dan OBE. Sistem pembelajaran tradisional fokus pada apa yang diajarkan, sedangkan OBE fokus pada apa yang akan dimiliki oleh mahasiswa.

“Untuk menerapkan sistem pembelajaran OBE ini kita harus punya pikiran besok mahasiswa saya harus bisa apa, bukan hanya mereka dapat materi saja,” ujar Prihandoko.

Pada sistem OBE dosen perlu peduli kepada mahasiswa agar mereka paham dan kreatif. Dosen perlu mengusahakan supaya mahasiswa bisa dan paham dengan menguji mereka bukan hanya memberikan materi saja akan tetapi dengan cara memberikan kuis setiap perkuliahan dan tidak perlu berlama-lama memaparkan materi. “OBE tujuannya mencerdaskan mahasiswa bukan mencerdaskan dosen, jadi perbanyak waktu untuk mahasiswa bekerja bukan banyak waktu untuk dosen berceramah.” ujar Prihandoko.

“OBE tujuannya mencerdaskan mahasiswa bukan mencerdaskan dosen, jadi perbanyak waktu untuk mahasiswa bekerja bukan banyak waktu untuk dosen berceramah”

Disebutkan bahwa di dunia pendidikan, tenggat transfer pengetahuan ke otak manusia ketika banyak pendengaran hanya mendapatkan 10 persen serapan pengetahuan, lalu  jika sambil menulis tingkat serapan pengetahuan ke otak lebih banyak melalui menulis sekitar 30 persen maka kuis dan menulis materi itu sangat penting.

Selama ini, sistem pendidikan tradisional hanya berorientasi ketika materi disampaikan dan OBE menerapkan sistem mahasiswa harus bisa. Fokus OBE adalah apa yang akan mahasiswa capai di akhir perkuliahan dan fokusnya pada konsumen industri. Sebab menurut Prihandoko, mahasiswa adalah input bukan output dan konsumen mahasiswa adalah industri.

Tim Liputan
Jurnalis : Febriyana Eliya (Teknik Biomedis)
Fotografer : Dzaky Ardi Nugroho