Simposium Nasional Geospasial ITERA Bahas Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh Era Revolusi Industri 4.0

Simposium Nasional Geospasial ITERA Bahas Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh Era Revolusi Industri 4.0

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Teknik Geomatika Bersama dengan Pusat Riset dan Inovasi Sains Informasi Geospasial (Purino SIG) ITERA mengadakan Simposium Nasional Geospasial mengangkat tema Industrial Revolution 4.0-based Science anda Technology: Cloud Computing for Geospatial Data, pada Selasa, 27 Oktober 2020. Simposium ini bertujuan mengenalkan kepada masyarakat awam dan pemerhati mengenai definisi dan perkembangan teknologi Cloud Computing yang berhubungan erat dengan bidang keilmuan penginderaan jauh dan informasi geospasial. Terutama isu-isu terbaru dari aplikasi dan teknologi penginderaan jauh dan informasi geospasial di Indonesia dan negara lain di dunia.

Sebanyak 298 orang peserta berpartisipasi secara daring dalam kegitan yang menghadirkan empat orang narasumber yaitu Profesor bidang penginderaan jauh ITB, Prof. Ir. Ketut Wikantika, M.Eng., Ph.D., Peneliti utama bidang Geospasial di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Indonesia, Dr. Agustan, ST., M.Sc., WebGIS Developer PT. Indotech Solution dan Odyssey Digital Development Group (ODDG), Andy Prasetya, S.T., M.Sc., dan terakhir Research Associate at The Remote Sensing Technology Institute (IMF) – German Aerospace Center (DLR), Berlin, Germany, Avi Pertiwi, S.T., M.Sc. Dalam pelaksanaan seminar dimoderatori oleh dosen Prodi Teknik Geomatika ITERA, Lea Kristi Agustina, S.T., M.Eng. yang juga peneliti di PurinoSIG ITERA.

Dalam kesempatan tersebut, Profesor pengindraan jauh ITB, Prof. Ir. Ketut Wikantika, M.Eng., Ph.D., menyampaikan bahwa terdapat tiga masalah besar di Indonesia, yaitu pertumbuhan populasi, perubahan tata guna lahan, dan bencana yang kerap terjadi. Ketiga aspek tersebut penting untuk diteliti dan diamati.

“Dalam mengolah data penginderaan jauh, perlu ada perubahan cara pandang yang dilaksanakan dan disiapkan secara non-teknis, yaitu sains data yang merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan kemajuan zaman,”ujar Prof. Ketut Wikantika.

“Dalam mengolah data penginderaan jauh, perlu ada perubahan cara pandang yang dilaksanakan dan disiapkan secara non-teknis, yaitu sains data yang merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan kemajuan zaman.”

Dia juga menjelaskan, sains data merupakan cabang dari teknologi informasi dengan dasar matematika dan statistika juga metode saintifik yang dapat menjelaskan makna dari sebuah data. Salah satu contohnya, dalam konteks pertumbuhan padi, dalam penginderaan jauh masih mendiskusikan hal-hal yang kontekstual. Data indeks vegetasi bisa memberikan indikasi awal dari food security. “Dari data penginderaan jauh, kita bisa mengestimasi apakah Indonesia akan kekurangan pangan di tahun depan atau tidak,”ungkap Prof. Ketut Wikantika.

Dia juga menyampaikan, dengan adanya konsep Big Data, Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI), pengolahan data penginderaan jauh dapat dilaksanakan secara daring dan tidak memberatkan perangkat yang kita miliki.

Sementara itu, Peneliti di BPPT yang juga Ketua Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia, Agustan memaparkan bahwa penginderaan jauh itu dibutuhkan sebagai salah satu aspek teknis yang akan ramai di masa depan. Hal ini bisa terjadi karena beberapa keunggulan dari penginderaan jauh, yaitu: bagaimana mengenali dan membedakan suatu objek dan fenomena secara cepat,tepat, dan akurat, menjangkau daerah yang sulit, dan faktor kelengkapan data.

“Semua yang kita lakukan mengacu pada tujuan akhir, dan dalam rangka mengelola wilayah lebih baik dan keberlanjutan. Untuk sampai kesana kita perlu pengetahuan, data dan informasi agar mencapai kebijakan,” ujar Agustan.

Internet Sebagai Pusat

Agustan juga menjelaskan cloud computing, adalah teknologi yang menjadikan internet menjadi pusat manajemen data penginderaan jauh, seperti Microsoft Azure, Amazon AWS dan lainnya. Penggunaan cloud computing ini sangat mendukung tren masa depan dalam dunia penginderaan jauh, yaitu metode fusi (penggabungan), metode registrasi dan korelasi, metode object recognition, dan metode changes detection. Sebagai salah satu contoh yaitu pemanfaatan data SAR dalam Google Earth Engine.

Pemateri ketiga, Avi Putri Pertiwi, sebagai ekspatriat yang bekerja di luar negeri, menyampaikan bahwa cloud computing sudah digunakan dalam program Global seagrass watch yang diinisiasi oleh DLR. Tujuannya adalah untuk mengembangkan peta berbasis google earth engine monitoring peta habitat ekosistem (khususnya seagrass) secara global dan bertujuan untuk kuantifikasi carbon storage, dan bisa merencakan konservasi habitat akibat perubahan iklim.

“Jika menggunakan pengolahan seperti normalnya yaitu menggunakan PC secara luring, maka data dan waktu yang dibutuhkan sangatlah banyak karena datanya mencakup seluruh dunia. Oleh karena itu dibutuhkan google earth engine sebagai cloud computing,”ujar Avi.

Dengan GEE, data publik sudah tersedia di server, bisa memproses analisis dalam satuan terabyte dalam waktu lima menit. Pemetaan skala besar juga dapat diproses di cloud server dengan efisien dan mudah untuk dilakukan.

“Jika menggunakan pengolahan seperti normalnya yaitu menggunakan PC secara luring, maka data dan waktu yang dibutuhkan sangatlah banyak karena datanya mencakup seluruh dunia. Oleh karena itu dibutuhkan google earth engine sebagai cloud computing.”

Selain pemaparan materi dalam plenary session, simposium dilanjutkan dengan oral session yang dibagi dalam lima kelas dengan setiap kelas diikuti sembilan peserta, dengan total 45 laporan yang dipresentasikan.

Moderator kegiatan, Lea Kristi Agustina, S.T., M.Eng. diakhir sesi menyampaikan bahwa PurinoSIG bersama Prodi Teknik Geomatika ITERA secara umum perlu memantapkan diri dalam menjawab kebutuhan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang cloud computing dan pemanfaatan data penginderaan jauh secara umum. Diharapkan melalui simposium tersebut dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi ke dalam bidang keilmuan teknik geomatika di Indonesia. [Purino SIG/Humas]