Seminar Daring IIO : ITERA Siap Kolaborasi dengan Industri Sumatera Implementasikan LCI

Seminar Daring IIO : ITERA Siap Kolaborasi dengan Industri Sumatera Implementasikan LCI

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. ITERA International Office (IIO) menggelar seminar dalam jaringan (daring) bertema Membangun Indonesia 4.0 melalui Implementasi Life Cycle Inventory (LCI) Nasional dan Asesment (LCI/A) dengan pemateri Nugroho Adi Sasongko, ST, M.Sc, Ph.D dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Direktur IIO Acep Purqon, Ph.D selaku moderator (28/7/2020). Hampir 300 peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen, perusahaan serta perwakilan lembaga meramaikan kegiatan tersebut.

Direktur IIO Acep Purqon, Ph.D dalam pembukaan menyampaikan, sebagai perguruan tinggi teknik ITERA berkepentingan dengan bidang ilmu tersebut. Sebab ITERA berkaitan erat dengan perkembangan industri di Pulau Sumatera. Kerja sama akademik dengan industri menurut Acep perlu dipacu agar terjadi percepatan teknologi dan menghasilkan produk yang kompetitif.

“Pemahaman tentang LCA dan LCI akan membawa produk-produk dari Sumatera semakin mengglobal dan sangat kompetitif, lebih dari itu semakin bekerja secara efektif dan efisisen dalam mendukung keberlanjutan perusahan yang nantinya akan berdampak ke bertumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru di Sumatera,”ujar Acep.

Selain itu, Acep menyampaikan Pusat Riset dan Inovasi Big Data ITERA yang telah berdiri juga siap memberikan pelayanan LCA dan LCI bekerja sama dengan industri di Sumatera.

Saat ini, LCI masuk ke dalam diskusi publik khususnya dalam isu-isu lingkungan. World Industrial Life cycle Assesment berbasis LCI dapat menjadi basisnya. LCA dapat mendukung akselerasi industri poses dan manufaktur dunia untuk melakukan seleksi teknologi dan auditnya. LCA yang didukung oleh LCI yang berkualitas dapat meningkatkan performa ekonomi suatu negara. LCA memiliki manfaat yakni dalam memanajemen proses bisnis juga untuk produknya itu sendiri. LCA memiliki penilaian dampak salah satunya green house gas emission. Selain itu, LCA juga dapat menilai toxicity, radiasi, dampak kepada air, konsumsi energinya, dan sebagainya.

“Pemahaman tentang LCA dan LCI akan membawa produk-produk dari Sumatera semakin mengglobal dan sangat kompetitif, lebih dari itu semakin bekerja secara efektif dan efisisen dalam mendukung keberlanjutan perusahan yang nantinya akan berdampak ke bertumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru di Sumatera.”

Dalam pemaparannya, Nugroho Adi Sasongko, ST, M.Sc, Ph.D dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyampaikan bahwa LCA dapat bermanfaat dalam rencana strategis bisnis, seperti bagaimana melakukan improvement, merencanakan pengembangan produk baru, R&D, membangun eco-produk dan pengelolaan limbah. Selain itu adanya laporan lingkungan berkelanjutan dapat dimanfaatkan dalam promosi produk tersebut apabila hendak membangun market baru.

Standar Produk

Salah satu contoh yang diberikan oleh Nugroho mengenai manfaat LCI yakni produk industri harus memiliki standar. Seperti di salah satu area di Fukushima, Jepang yang masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani, mereka menjual produk lokal seperti beras dengan standar khusus. Mereka secara sukarela mendaftarkan produknya sehingga memiliki labeling untuk level radiasi masing-masing produk. Bentuk pelaporan seperti itu ialah pelaporan LCA. Selain itu, pelaporan LCA juga dapat dalam bentuk Environmental Product Declaration (EPD) yakni bentuk peraturan resmi yang dihitung oleh LCA dan dapat diakses oleh publik.

Semakin canggihnya teknologi, penggunaan artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan juga dapat dikombinasikan. Nugroho kembali memberikan contoh, bahwa di Amerika, sudah sejak lama memanfaatkan LCA dalam bentuk aplikasi AI terutama oleh Kementrian Pertahanan. Mereka mencoba menganalisa data input yang beragam dikombinasikan dengan life cycle analisis untuk memperkirakan kondisi ke depan yang akan dihadapi. Thailand, Malaysia dan Singapura juga telah memiliki big data sendiri untuk LCA.

Di Indonesia sendiri, ujar Nugroho, sampai saat ini belum ada lembaga yang mengelola database LCI. Padahal LCI sangat bermanfaat sebagai background informasi kuantitatif.

“Kita dapat memulainya dengan adanya capacity building. Secara nasional data dapat dikumpulkan menjadi data base generic yang dapat dimanfaatkan untuk benchmarking inventory guna memasuki industri 5.0.,”ujar Nugroho.

Indonesia memiliki industrial estates, sejumlah industrial park di Indonesia dapat melalukan inovasi optimasi proses produksi dengan LCA. Inventory dapat disimpan secara nasional untuk dapat dikembalikan untuk meningkatkan kualitas produk dan prosesnya yang semakin ramah lingkungan. [Humas]