Mahasiswa Teknik Geofisika ITERA Belajar Etika Kerja Revolusi Industri 4.0

Mahasiswa Teknik Geofisika ITERA Belajar Etika Kerja Revolusi Industri 4.0

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Peran etika kerja dalam perkembangan revolusi industri 4.0 dinilai penting. Pola pikir yang digunakan seseorang dalam menghadapi era tersebut juga harus sesuai dengan etika yang ada. Guna meningkatkan pemahaman para mahasiswa terkait etika kerja di era revolusi industri 4.0., Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera (ITERA) bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (Mayapada) mengadakan webinar seputar etika kerja RI 4.0, Kamis, 21 April 2022. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dosen Psikologi Universitas Al-Azhar Jakarta, Tata Septayuda Purnama, S.S.,M.Si.

Koordinator Program Studi Teknik Geofisika ITERA Dr. Nono Agus Santoso, S.Si., M.T., menilai kegiatan tersebut sangat penting. Kurangnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya etika menjadi pendorong kegiatan tersebut dilaksanakan.

Nono menilai, meski dunia industri berkembang sangat pesat dengan terus memanfaatkan perkembangan teknologi, akan tetapi etika dalam dunia kerja tetap harus diutamakan.  “Pola pikir saat ini terkadang menggerus etika dan moral yang ada, sehingga pentingnya pemahaman etika sangat diperlukan, terutama bagi mahasiswa,” ujar Dr. Nono.

“Semestinya mahasiswa dapat menjadi agen dalam membentuk solusi dalam menghadapi krisis etika tersebut, sebab etika tidak jauh beda dengan logika sehingga dua hal ini harus saling terkait.”

Kegiatan ini juga dihadiri oleh dosen sekaligus pembina himpunan mahasiswa Teknik Geofisika ITERA, Izaina Nurfitriana, S.Si., M.Sc. Izaina menyebut, etika yang ditekankan dalam kegiatan tersebut adalah bentuk moral dan psikologi seseorang dalam berprilaku atau berkegiatan.

Pembentukan Etika

Sementara, dosen Psikologi Universitas Al-Azhar Jakarta, Tata Septayuda Purnama S.S.,M.Si., menyampaikan, etika, agama, pemahaman sosial dan akhlak, sangat berkaitan satu sama lain, sehingga dapat menimbulkan pembentukan etika. Mahasiswa merupakan bentuk penciptaan dari banyaknya sudut pandang yang harus senantiasa berpikir kritis dan menyuarakannya pemikirannya. “Mahasiswa merupakan pondasi awal dari suatu pembentukan karakter bangsa, mahasiswa juga harus memiliki etika. Oleh karena itu pentingnya pemahaman dan solusi menghadapi krisis etika di era industri,” ujar Tata Septayuda.

Tata menambahkan, media sosial menjadi faktor penyebab krisis etika. Semestinya mahasiswa dapat menjadi agen dalam membentuk solusi dalam menghadapi krisis etika tersebut, sebab etika tidak jauh beda dengan logika sehingga dua hal ini harus saling terkait satu sama lain dalam pelaksanaan di dunia nyata. “Harapannya setelah webinar ini, mahasiswa dapat memahami perihal etika di era industri dan mengetahui cara menghadapi dengan solusi yang telah didapatkan,” ujar Tata. []

Reporter : Dimas Astomo