ITERA NEWS. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menggelar webinar dengan mengusung tema Pengembangan Teknologi Pengindraan untuk Mitigasi dan Pemetaan Bencana, Rabu, 1 September 2021. Webinar tersebut menghadirkan narasumber Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik Badan Informasi Geospasial Dra. Lien Rosalina,M.M dan Kepala Stasiun BMKG Meteorologi Kelas I Bandara Raden Intan Lampung, Kukuh Ribudiyanto, M.Si.
Webinar dibuka oleh Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Penjaminan Mutu (LP3) ITERA Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D., dan sambutan Kepala UPT MKG ITERA, Drs. Zadrach L. Dupe, M.Si.
Dalam webinar yang diikuti lebih dari 280 peserta dari berbagai stakeholder baik mahasiswa, akademisi maupun masyarakat umum Kepala UPT MKG ITERA, Drs. Zadrach L. Dupe, M.Si., webinar tersebut dapat memberikan edukasi secara luas mengenai pemanfaatan teknologi drone, utamanya dalam kegiatan mitigasi bencana.
Dalam pemaparannya, Dra. Lien Rosalina,M.M., menyampaikan seputar pemanfaatan teknologi drone untuk survey pemetaan cepat kebencanaan di Indonesia. Secara spesifik Lien menjelaskan mengenai teknologi UAV untuk pemetaan cepat kebencanaan dan persyaratan penggunaanya. unmanned aerial vehicle (UAV) adalah sebuah mesin terbang tanpa awak dengan kendali jarak jauh baik semi autonomous, autonomous (drone) atau gabungan dari keduanya. Perkembangan sensor yang dapat dibawa UAV (payload) berkembang mengikuti perkembangan UAV itu sendiri.
“Hingga saat ini, foto udara format kecil yang dulu hanya mengandalkan single image (RGB) sensor, berkembang hingga ke sensor multispektral dan sensor aktif seperti LIDAR hingga hyperspectral penggunaan kamera non metrik yang umum digunakan pada drone untuk aplikasi pemetaan sebaiknya menggunakan sensor digital dan lensa fixed.”
Lien menambahkan, hingga saat ini, foto udara format kecil yang dulu hanya mengandalkan single image (RGB) sensor, berkembang hingga ke sensor multispektral dan sensor aktif seperti LIDAR hingga hyperspectral penggunaan kamera non metrik yang umum digunakan pada drone untuk aplikasi pemetaan sebaiknya menggunakan sensor digital dan lensa fixed. Pemetaan cepat kebencanaan dilakukan secara langsung untuk mengidentifikasi dampak dan rencana pemulihan jika terjadi bencana. Adapun informasi yang dapat dihasilkan diantaranya seputar daerah terdampak bencana, analisis kerentanan obyek penting (rumah sakit, permukiman, sumber air, pendidikan yang terkena dampak berpotensi rusak), penilaian/asesmen kerusakan yang ditimbulkan, hingga informasi lain seperti contact person, evakuasi, area aman, dan lainnya.
Sementara pemateri ke dua, Kukuh Ribudiyanto, M.Si., membawakan materi tentang pemanfaatan penginderaan jauh untuk informasi dan peringatan dini cuaca. Kepada lebih dari 285 peserta webinar, Kukuh memberikan edukasi mengenai prinsip kerja satelit cuaca, jenis satelit cuaca berdasarkan orbit, karakteristik kanal pada satelit cuaca, produk informasi satelit cuaca, peran BMKG dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan, bagaimana membuat informasi dan peringatan dini cuaca.
Kukuh juga memaparkan mengenai kebermanfaatan satelit cuaca ( Himawari ) untuk mengetahui titik sebaran asap kebakaran hutan dan peta sebaran abu vulkanik. Hal ini bermanfaat untuk layanan meteorologi penerbangan di wilayah flight information region (FIR). (Rilis/Humas)