Prodi Teknologi Pangan ITERA Dorong Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Atasi Food Loss

Prodi Teknologi Pangan ITERA Dorong Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Atasi Food Loss

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Teknologi Pangan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan kegiatan Stadium Generale Wonderfoody dalam rangka merayakan Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap 16 Oktober. Kegiatan ini bertujuan mengangkat isu-isu penting terkait pangan, termasuk angka food loss dan kelaparan yang masih tinggi di Indonesia.

Kegiatan tersebut mengusung tema Makanan Internasional dengan Memanfaatkan Komoditas Indonesia dalam Mengurangi Angka food loss serta Kiat Berbisnis di Era Digital. Tema tersebut diusung sebagai sebuah respons atas kesadaran tinggi akan angka food loss dan kebutuhan untuk memanfaatkan komoditas pangan Indonesia dalam berbisnis.

Koordinator Program Studi Teknologi Pangan ITERA, Amalia Wahyuningtias S.Si, M.Sc., dalam sambutannya menyebutkan pentingnya memanfaatkan potensi pangan lokal dan bagaimana produk-produk karya anak bangsa dapat diekspor ke mancanegara, menciptakan peluang bisnis, dan mengurangi kesenjangan antara jumlah lulusan dengan industri yang membuka lowongan kerja.

Sesi pertama stadium generale melibatkan Thusy Eka Putri, S.Si.,  perwakilan dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung. Thusy menjelaskan bagaimana pangan lokal dapat menjadi pangan internasional dan menghimbau untuk lebih sadar mengenai angka food loss dan food waste yang tinggi untuk segera berhenti boros pangan. Potensi pangan lokal dapat diperkuat keamanannya dengan izin edar resmi.

Thusy menjelaskan bagaimana pangan lokal dapat menjadi pangan internasional dan menghimbau untuk lebih sadar mengenai angka food loss dan food waste yang tinggi untuk segera berhenti boros pangan.

Thusy menekankan pentingnya pengawasan pemerintah terhadap produk makanan dan kosmetik. Ia juga membagikan informasi tentang izin edar produk dan tantangan yang dihadapi dalam ekspor pangan. Thusy juga memaparkan pentingnya izin edar dalam mengamankan kualitas produk dan menjelaskan izin untuk makanan olahan yang wajib daftar dan tidak wajib.

Ketika pertanyaan tentang perbedaan parameter pengujian antar negara muncul, Thusy menjelaskan bahwa setiap negara memiliki kewenangan untuk menetapkan peraturan sesuai dengan kebutuhan mereka. Perbedaan dalam standar makanan tidak selalu berarti bahwa pangan dari suatu negara berbahaya bagi negara lain. Beberapa produk yang dianggap berbahaya di suatu negara mungkin aman di negara lain. Thusy juga memberikan nasihat tentang bagaimana menghindari produk palsu, terutama dalam kosmetik.

Sesi kedua melibatkan narasumber yang merupakan alumni ITERA, Winda Asmara, S.Farm yang merupakan Duta Kosmetik Aman dan Nina Lutfia Munawaroh, S.T.P yang merupakan owner Humbledonuts. Winda berbicara tentang berbisnis di era digital dan bagaimana akses lebih mudah dijangkau, menciptakan inovasi, dan meningkatkan sumber daya manusia dapat membantu dalam bisnis makanan dan kosmetik. Ia juga memberikan tips tentang bagaimana membangun bisnis di era digital, termasuk perencanaan yang baik dan memanfaatkan tren digital.

Pada kesempatan yang sama, Nina, pemilik Humbledonuts, berbicara tentang pengalamannya dalam berbisnis makanan. Ia berbagi wawasan tentang bagaimana memulai dan menjalankan bisnis makanan, serta tantangan dan keberhasilan yang telah ia hadapi.

Jurnalis : Nayla Rizki Barryawan (Teknologi Pangan)