SAP ITERA Gelar Webinar Bahas Teknologi GNSS-RO

SAP ITERA Gelar Webinar Bahas Teknologi GNSS-RO

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan webinar dengan tema “GNSS Radio Occultation dan Pemanfaatannya untuk Informasi Cuaca dan Iklim di Indonesia”, pada beberapa waktu lalu. Kegiatan tersebut menghadirkan pakar peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRIMA-BRIN), Dr. Noersomadi dengan total hadir 427 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum.

Dalam sambutannya, Sekretaris Jurusan Sains ITERA Dr. Sri Efrinita Irwan, S.Si., M.Si. berharap melalui kegiatan tersebut mahasiswa dapat mendapatkan wawasan baru terkait tema yang diusung. Lebih lanjut Dr. Sri juga menuturkan bahwa dengan teknologi GNSS Radio Occultation dapat melacak refraksi dari gelombang radio dalam mengukur perubahan kecil kepadatan atmosfer, suhu hingga kadar air yang mungkin akan membantu mahasiswa di dalam penelitian terkait  GNSS-RO.

Dalam penyampaian materi, Dr. Noersomadi menjelaskan tentang prinsip kerja Global Navigation Satellite System (GNSS) Radio Occultation (GNSS-RO). Pada GNSS-RO, gelombang radio dari satelit seperti COSMIC, COSMIC2, SPIRE, dan beberapa satelit serupa dibiaskan melalui atmosfer Bumi yang berubah-ubah temperatur dan kandungan uap airnya sehingga mengalami perubahan kecepatan. Dari data tersebut Dr. Noersomadi menjelaskan bahwa profil atmosfer dari GNSS-RO seperti profil temperatur, kelembaban spesifik, hingga tekanan udara dapat diukur dengan hasil yang memiliki keunggulan dibanding dengan Radiosonde.

“Profil atmosfer dari GNSS-RO seperti profil temperatur, kelembaban spesifik, hingga tekanan udara dapat diukur dengan hasil yang memiliki keunggulan dibanding dengan Radiosonde.” ucap Dr. Noersomadi

Pada kesempatan itu juga Dr. Noersomadi menunjukan karyanya yaitu sistem informasi yang diberi nama GNSS for Atmospheric Observation and Tracking the Climate Change (GATOTKACA) yang menampilkan informasi kandungan uap air di atas 2 km di wilayah Indonesia. Diakhir Dr. Noersomadi juga mencontohkan analisis cuaca ekstrem di Indonesia menggunakan data kandungan uap air dari GNSS-RO di GATOTKACA.

(Rilis/Humas)