Robiatul Muztaba, Doktor Baru ITERA Siap Mengawal Pemanfaatan AI dalam Pengamatan Hilal

Robiatul Muztaba, Doktor Baru ITERA Siap Mengawal Pemanfaatan AI dalam Pengamatan Hilal

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Institut Teknologi Sumatera (ITERA) kembali menambah dosen bergelar doktor, yaitu Dr. Robiatul Muztaba, S.Si.,M.Si., yang resmi meraih gelar doktor dari Program Studi Pascasarjana Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat cumlaude pada Rabu, 20 Desember 2023. Dr. Robiatul Muztabah atau lebih akrab disapa Dr. Aji menjadi doktor yang siap mendorong pemanfaatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam observasi atau pengamatan Bulan baru yang selama ini menjadi Hilal penanda hari besar Islam.

Dr. Robiatul Muztaba melakukan penelitian berjudul Teknik Baru dalam Observasi Bulan Menggunakan Sistem Kecerdasan Buatan. Dalam wawancaranya usai resmi menyandang gelar doktor, Robiatul menyampaikan, penelitian yang dilakukan, dikembangkan berbasis penglihatan komputer dengan memanfaatkan big data Bulan Sabit sebagai data latih menggunakan kecerdasan buatan. Adapun tujuannya adalah untuk mendukung sistem instrumentasi astronomi dalam mengambil suatu keputusan tertentu seperti mendeteksi dan memgenali suatu objek bulan sabit yang terekam oleh kamera. Aji melakukan penelitian tersebut di ITERA dengan memanfaatkan teleskop canggih yang saat ini sudah dimiliki ITERA, yaitu teleskop robotik OZT – ALTS.

“Objeknya adalah Bulan dalam berbagai fase. ribuan citra atau gambar fase bulan yang diamati menggunakan Teleskop Robotik OZT – ALTS kemudian dijadikan sebagai data latih dengan algoritma kecerdasan buatan,” ujar Dr. Robiatul.

Dr. Robiatul menyebut, apa yang dilakukan dirinya merupakan teknik baru dalam pengamatan Bulan sabit. Pada umumnya masyarakat mengenal atau mengetahui gambar Bulan sabit biasanya setelah dilakukan pengolahan citra terlebih dahulu. Kecuali yang mengamati secara langsung menggunakan teleskop dan merekamnya menggunakan kamera. Namun karena permasalahan kontras antara objek bulan sabit dan langit latar belakangnya, membuat objek bulan sabit masih sangat sulit untuk diidentifikasi. Oleh karena itu, penelitian sejauh ini hanya terbatas pada pengembangan metode pengolahan citra untuk meningkatkan kontrasnya saja.

Objeknya adalah Bulan dalam berbagai fase. ribuan citra atau gambar fase bulan yang diamati menggunakan Teleskop Robotik OZT – ALTS kemudian dijadikan sebagai data latih dengan algoritma kecerdasan buatan

“Dalam praktiknya muncul masalah lainnya yaitu jeda waktu antara pengamatan dan perekaman citra bulan sabit, dengan dilakukannya pengolahan citra terlebih dahulu akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga hasilnya terkadang masih dipertanyakan bahkan sebagian orang masih menganggap sebagai trik atau manipulasi citra dan tidak dapat dijadikan acuan dalam penentuan awal bulan pada saat sidang itsbat,” terang Aji.

Kelebihan dari hasil penelitian yang dirinya lakukan, yaitu memangkas waktu pengolahan citranya, sehingga citra yang dihasilkan kamera melalui sistem cerdas buatan yang dikembangkan ini dapat ditunjukkan hasilnya secara realtime.

Jeda waktunya sangat singkat, selain itu masyarakat juga dapat menyaksikan bersama objek bulan sabitnya, tanpa harus mengidentifikasinya secara visual,, karena algoritma kecerdasan buatan yang dikembangkan akan membantu mendeteksi dan mengenali objek bulan sabitnya. Sehingga data  pengamatan yang diperoleh dapat menjadi rujukan dalam menentukan awal bulan pada saat sidang itsbat penentuan hari besar Islam, seperti awal Ramadhan, atau penetapan 1 Syawal sebagai Hari Raya Idul Fitri.

Dr. Aji menyebut, masih akan banyak mengembangkan penelitiannya dari sisi instrumentasinya, teknologinya, teknik observasinya, dan analisis objeknya. “Dari sisi instrumentasinya misalnya kami sedang mengembangkan Teleskop Robotik ITERA V2.5 untuk Wisata Edukasi Astronomi, kami banyak belajar dari teleskop robotik OZT – ALTS yang diproduksi oleh Astelco,” ujar Aji.

Sementara dari sisi teknik observasinya dalam pemanfaatan kecerdasan buatan, Aji mengaku akan menambah data pengamatan bulan sabit agar sistemnya menjadi cerdas dalam mendeteksi dan mengenali objek bulan sabit. Selain itu juga dapat diterapkan pada objek astronomi lainnya, seperti pendeteksian kawah bulan atau kawah-kawah baru yang terbentuk di berbagai planet ketika terjadi tabrakan meteorit.

Dr. Aji berharap, ITERA dan Pemerintah Provinsi Lampung dapat kembali berdiskusi bersama untuk mendorong pembangunan sebuah observatorium yang dilengkapi dengan teleskop super canggih berbasis robotik dan sistem kecerdasan buatan yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan baru untuk masyarakat Lampung.

Rektor ITERA Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, mengapresiasi capaian Dr. Robiatul Muztabah. Rektor menyampaikan, secara institusi ITERA akan menjadikan area kepakaran yang dimiliki Dr. Robiatul Muztabah, sebagai salah satu kontribusi dalam mengemban amanah negara dalam pengembangan iptek keantariksaan terutama dalam mendukung tugas pemerintah dalam penentuan hilal tahunan.

(Humas/Rudiyansyah)