Prodi Sains Lingkungan Kelautan ITERA Kaji Tantangan Pembangunan Maritim di Era Revolusi Industri 4.0

Prodi Sains Lingkungan Kelautan ITERA Kaji Tantangan Pembangunan Maritim di Era Revolusi Industri 4.0

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Revolusi Industri 4.0 sebagai sebuah konsep automasi dan pertukaran data terkini secara cepat memberikan efek besar kepada berbagai sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor maritim. Selain itu, konsep revolusi biru (blue revolution) yang muncul sebagai sebuah gerakan besar mengubah arah pembangunan Indonesia yang berorientasi ke laut turut mendukung sektor tersebut.

Untuk mengkaji diskursus mengenai kedua hal tersebut Prodi Sains Lingkungan Kelautan (SLL) ITERA mengadakan seminar daring dengan tema “Tantangan dan peluang pembangunan maritim Indonesia di era revolusi industri 4.0, Kamis, 19 November 2020. Kegiatan yang diikuti sekitar 200 peserta tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat, Baharuddin, S.Kel., M.Si, dan Direktur Eksekutif Courage Development Group M. Zulficar Mochtar, S.T. M.Sc, yang juga pernah menjabat Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI periode 2018-2020.

Sekretaris Jurusan Sains ITERA, Dr. Ikah Ning Prasetiowati Permanasari, M.Si. dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh Prodi Sains Lingkungan Kelautan yang merupakan prodi yang masih sangat baru di ITERA. Melalui kegiatan tersebut Dr. Ikah berharap mahasiswa dan seluruh peserta dapat memperoleh tambahan pengetahuan seputar kemaritiman Indonesia.

Sementara dalam sesi materi yang dimoderatori oleh Dosen Prodi SLL ITERA, Mohammad Ashari Dwiputra, S.Kel., M.Si., narasumber pertama, M. Zulficar Mochtar, S.T., M.Sc., menyampaikan hingga saat ini, meski Indonesia memiliki luas laut 70% dari total luas wilayah ,kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional masih di bawah 30%. Zulficar menyebut, setidaknya terdapat delapan framework sektor maritim yang terkait langsung dengan revolusi industri 4.0 yaitu, internet of things,  smart sensor, advanced robotics, big data analytics,3D printing, augmented reality, cloud computing dan, location detection.

Zulficar juga memberikan sembilan rekomendasi terkait tantangan dan peluang pembangunan maritim Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. Pertama, efisiensi rantai nilai, rantai pasok dan material maritim, kedua, adaptasi/harmonisasi perencanaan & kebijakan strategis; ketiga, konsolidasi SDM maritim; keempat, enterpreneur dan gerakan UMKM maritim; kelima, konsolidasi ekosistem pendidikan, riset, teknologi dan inovasi; keenam, perkuat fasilitas dan infrastrukur digital; ketujuh, standar keberlanjutan, kemandirian dan keunikan; kedelapan, partisipatif, inclusive dan kurangi gap, dan kesembilan, mainstreaming maritim menuju 2045.

Baharuddin Sabur, S.Kel., M.Si menekankan kepada mahasiswa khususnya untuk dapat melek terhadap perubahan secara cepat di era revolusi industri 4.0.

Sementara narasumber kedua, Baharuddin Sabur, S.Kel., M.Si menekankan kepada mahasiswa khususnya untuk dapat melek terhadap perubahan secara cepat di era revolusi industri 4.0. Dia memaparkan, setidaknya terdapat lima sektor pertumbuhan bidang maritim yang perlu dikonsolidasikan  kepada para pemangku kepentingan yaitu energi kelautan, marine ecotourism, bioteknologi, aquaculture dan eksplorasi dasar laut.

“Kelima hal ini dapat dikembangkan khususnya pada wilayah Provinsi Lampung karena mengingat potensi sumberdaya kelautan di Provinsi Lampung mampu untuk membangun ke lima sektor tersebut,” ujar Baharuddin.

SDM Kompetitif

Untuk menumbuhkan kelima sektor menurut Baharuddin diperlukan SDM yang kompetitif dalam industri 4.0 dengan merancang kurikulum pendidikan di bidang kelautan agar outputnya mampu menguasai literasi baru. Literasi baru tersebut diantaranya literasi data yaitu kemampuan membaca, menganalisis dan memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital, literasi teknologi dengan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, AI dan engineering principles), dan literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain.

“Ketiga hal tersebut diperlukan oleh generasi muda saat ini untuk dapat bersaing secara nasional dan global, tak kalah pentingnya penguasaan bahasa asing agar kita dapat eksis di kancah Internasional” Ujar Baharuddin. (Tim SLL/Humas)