Kolaborasi Prodi Teknologi Pangan dan Farmasi ITERA dalam Diskusi Interaksi Makanan dan Obat

Kolaborasi Prodi Teknologi Pangan dan Farmasi ITERA dalam Diskusi Interaksi Makanan dan Obat

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Teknologi Pangan dan Prodi Farmasi Institut Teknologi Sumatera (ITERA) berkolaborasi menggelar diskusi ilmiah bertajuk Interaksi antara makanan dengan obat, Selasa, 30 Maret 2021.  Kegiatan yang dilangsungkan secara dalam jaringan tersebut menarik minat para mahasiswa dua prodi untuk saling berdiskusi seputar keilmuan yang dipelajari di kampus.

Ketua Prodi Teknologi Pangan ITERA, Hesti A. Pangastuti S.T.P M.Sc., dalam pengantar diskusi menyampaikan kegiatan tersebut diadakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih mengeksplorasi pengaplikasian ilmu pangan terhadap ilmu serumpun lainnya. Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Dosen Prodi Teknologi Pangan – Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Syahrizal Nasution S.Pt M.Si.,dan dosen Farmasi ITERA, apt. Winni Nur Auli M.S.Farm.

“Topik pembahasan yang merupakan kombinasi keilmuan antara bidang pangan dan farmasi dipilih karena dinilai sebagai topik yang umum diperbincangkan dalam keseharian masyarakat,” ujar Hesti.

“Dengan mengikuti diskusi ilmiah tersebut, mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif untuk meneruskan informasi yang diperoleh kepada masyarakat sekitar serta mampu mengkoreksi status kebenaran informasi yang beredar di masyarakat.”

Materi yang diberikan dalam diskusi juga dinilai berhasil menumbuhkan rasa keingintahuan mahasiswa terhadap keilmuan yang sudah mereka pelajari selama mengikuti kegiatan perkuliahan. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah pertanyaan yang diajukan oleh peserta diskusi ilmiah. Hesti menambahkan, dengan mengikuti diskusi ilmiah tersebut, mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif untuk meneruskan informasi yang diperoleh kepada masyarakat sekitar serta mampu mengkoreksi status kebenaran informasi yang beredar di masyarakat.

Meskipun kegiatan diskusi ilmiah diadakan secara daring, interaksi dua arah tetap dapat berlangsung secara sistematis dan tanpa kendala berarti. Para peserta aktif mengajukan pertanyaan hingga menjelang berakhirnya waktu kegiatan walau sudah diberi tambahan waktu demi memfasilitasi rasa keingintahuan dan antusiasme yang luar biasa dari peserta. “Semoga kegiatan seperti ini segera kembali dapat dilakukan dalam waktu dekat dengan beragam tema menarik lainnya,” pungkas Hesti. (Rilis/Humas)