ITERA dan Tiga Universitas Jepang Kaji Penanganan Bencana Selat Sunda

ITERA dan Tiga Universitas Jepang Kaji Penanganan Bencana Selat Sunda

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan internasional workshop penanganan kebencanaan bertajuk “Coastal Disaster Management’ yang menghadirkan dua pembicara asal Jepang Dr. Takahito Mikami dari Tokyo City University dan Dr. Ryota Nakamura dari Niigata University serta dua mahasiswa peneliti asal Waseda University. Dalam workshop yang diadakan di Aula Gedung C ITERA, Kamis (15/8/2019) tersebut dibahas seputar kajian ilmiah beberapa bencana yang pernah terjadi di Indonesia, seperti gempa dan tsunami yang melanda Palu, Sulawesi Tengah pada 2018 serta potensi bencana di Selat Sunda.
Rektor ITERA Prof. Ir. Ofyar Z Tamin, M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan, topik manajemen penanganan bencana penting dikaji lebih mendalam oleh para dosen dan mahasiswa. Sebab, letak geografis Indonesia yang berada di jalur ring of fire membuat hampir seluruh daerah rawan mengalami gempa bumi yang dapat mengakibatkan tsunami, termasuk di Selat Sunda. Bahkan belum lama ini, bencana tsunami terjadi di Selat Sunda akibat erupsi Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan kerusakan di daerah Banten dan Lampung Selatan.
“Pengetahuan baik secara teknik ataupun material sangat dibutuhkan untuk menunjang penelitian yang berkaitan dengan kebencanaan sebagai langkah mitigasi bencana baik di Lampung dan di Pulau Sumatera,”ujar Rektor di hadapan peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.

“Pengetahuan baik secara teknik ataupun material sangat dibutuhkan untuk menunjang penelitian yang berkaitan dengan kebencanaan sebagai langkah mitigasi bencana baik di Lampung dan di Pulau Sumatera,”

Dalam kesempatan tersebut Dr. Takahito Makami dari Tokyo City University memaparkan hasil survey lapangan yang dilakukan pasca gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Melalui investigasi dokumentasi pasca bencana, yang didukung data sejarah area, dan tipografi area, Dr. Takahito Makami mengungkapkan 65% penyebab tsunami adalah gempa bumi saja. Namun, dalam kasus di Palu, penyebab tsunami adalah gempa dan longsor. Sementara pemateri kedua, Dr. Ryota Nakamura dari Niigata University menjabarkan seputar bencana topan dan badai yang biasa melanda kawasan beriklim tropis, termasuk seluruh kawasan Indonesia.

Sejarah Selat Sunda

Mengenai kebencanaan di Selat Sunda, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) ITERA, Dr.Zadrach L Dupe, mengungkapkan bahwa Selat Sunda memiliki sejarah kebencanaan panjang dan sangat rawan terhadap bencana gempa, letusan gunung berapi dan tsunami. Oleh karena itu, penting bagi ITERA yang berkedudukan di Provinsi Lampung untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap semua jenis bencana alam serta membangun infrastruktur yang melindungi masyarakat dari ancaman tersebut.
Kepala ITERA International Office (IIO), Acep Purqon Ph.D menambahkan, mitigasi bencana yang dilakukan dapat meminimalisir korban jiwa serta membantu mengedukasi masyarakat lokal agar menanggapi bencana dengan lebih sistematik. Selain itu, penelitian tentang kebencanaan Selat Sunda ini dapat melibatkan dosen-dosen dan mahasiswa ITERA dari berbagai disiplin ilmu untuk bersama-sama mengatasi permasalahan yang ada.
“Jepang telah memiliki teknologi yang canggih untuk meneliti tentang kebencanaan, namun keberhasilan penelitian tersebut tidak luput dari bantuan penduduk lokal. Sehingga baik hasil maupun data yang didapat dari penelitian bersama dapat berguna bagi pemerintah maupun lembaga terkait.” Jelas Acep.
Selain workshop, dalam pertemuan tersebut juga turut ditandatangani nota kesepahaman antara ITERA dengan Harbin Institute of Technology, Tiongkok. Penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan oleh Rektor ITERA Prof. Ir. Ofyar Z Tamin, M.Sc., Ph.D., didamping, Wakil Rektor ITERA Bidang Non Akademik Prof. Dr. Sukrasno, M.S., Ketua Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan ITERA Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. serta Direktur ITERA International Office Acep Purqon, Ph.D. [Humas]