ITERA NEWSā Tim dosen dari Program Studi Teknologi Pangan Institut Teknologi Sumatera (Itera) menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Wanita Tani (KWT) Ulet, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu, 7 Desember 2024, ini bertujuan untuk memberikan pelatihan terkait produksi nata de coco yang aman dan lebih produktif.
Tim pengabdian terdiri dari lima dosen, yaitu Ilham Marvie, Amalia Wahyuningtyas, Yosi Syafitri, Muhammad Risky Ramanda, dan Lita Lianti, yang turut melibatkan mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Itera. Dalam pelatihan ini, para peserta diberikan pengetahuan baru tentang cara membuat nata de coco dengan menggunakan molases (syrup tebu) sebagai bahan baku pengganti air kelapa, yang selama ini menjadi bahan utama dalam produksi nata de coco.
KWT Ulet sendiri telah lama menggeluti usaha produksi nata de coco dengan cara tradisional, menggunakan air kelapa kopra tua dari berbagai daerah di Lampung, seperti Lampung Selatan, Pesawaran, dan Lampung Timur. Namun, beberapa tantangan muncul dalam proses produksi, di antaranya adalah ketergantungan pada bahan baku air kelapa yang terbatas, terutama dengan adanya perubahan cuaca dan meningkatnya permintaan ekspor kelapa utuh.
Selain itu, para pelaku UMKM juga menghadapi masalah terkait keamanan pangan, terutama penggunaan bahan tambahan yang tidak aman, seperti pupuk urea yang sering digunakan sebagai sumber nitrogen. Keadaan ini mendorong tim pengabdian Itera untuk memberikan solusi praktis dengan memperkenalkan molases dan kecambah kedelai sebagai alternatif bahan baku yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Inovasi untuk Keamanan PanganĀ
Dalam pelatihan ini, peserta diberikan pengetahuan tentang cara memproduksi nata de coco dengan molases yang lebih aman dikonsumsi dan dapat meningkatkan produktivitas usaha. Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Itera. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formulasi pembuatan nata de coco dari berbagai sumber bahan baku alternatif, termasuk molases dan kecambah kedelai, yang dapat menggantikan bahan baku tradisional.
Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Itera.
Lita Lianti, Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Itera, menyatakan harapannya agar kegiatan pendampingan kepada KWT Ulet yang sudah berlangsung selama dua tahun ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat serta pihak kampus. “Kami berharap kerjasama ini dapat terus meningkatkan kualitas produksi nata de coco yang aman dan berkualitas, serta dapat berkontribusi pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar,” ungkap Lita.
Sementara itu, Jaāfarudin, Ketua KWT Ulet, menyambut baik inovasi yang diperkenalkan oleh tim Itera. “Kami sangat mengapresiasi pelatihan yang diberikan. Dengan teknologi yang lebih baik dan bahan baku yang lebih mudah didapatkan, kami berharap produk nata de coco dari KWT Ulet dapat menjadi produk unggulan yang dikenal luas, terutama di Provinsi Lampung,” kata Ja’farudin.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Itera tahun 2024, yang didanai melalui skema layanan kepakaran. Program ini bertujuan untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian dan inovasi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa ITERA kepada masyarakat luas, sehingga dapat memberikan dampak langsung dalam pemberdayaan UMKM dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kemitraan antara Itera dan masyarakat, serta meningkatkan kualitas produk pangan lokal dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan keberlanjutan. Pelatihan ini juga menjadi bukti komitmen Itera dalam mendukung program-program yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi daerah. (Rilis/Humas)