Meneropong Si Sabit Muda di Tengah Pandemi
[:id]Pengamat dari OAIL ITERA mengamati hilal dari atap gedung Laboratorium Teknik 2 ITERA, Kamis (23/4/2020). Humas/ Rudiyansyah[:]

Meneropong Si Sabit Muda di Tengah Pandemi

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Awan tebal membungkus langit sore, Kamis (24/4/2020) saat beberapa tim Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) mencoba mengamati bulan sabit muda. Ritual astronomi yang dilakukan sejak empat tahun terakhir di ITERA, setiap menjelang Ramadhan. Namun pengamatan kali ini berbeda.

Pengamatan tidak dilakukan di sekitaran embung atau danau buatan kampus, yang sudah pasti bakal memancing kerumunan masyarakat untuk mendekat. Pengamatan dilakukan dari sepetak terbuka di atap Gedung empat lantai Laboratorium Teknik 2. Tidak ada deretan teropong bintang yang dipasang. Hanya sebuah teleskop digital jenis refraktor berdiameter 80 mm lengkap dengan detektor kamera CMOS monokrom I filter, yang berdiri kokoh.

Sore itu ada dua orang pengamat. Mencoba setia memantau kenampakan hilal, meski awan tebal enggan menyingkir hingga menjelang petang. Sesekali mereka yang tetap patuh mengenakan masker mencoba menyapa masyarakat yang tetap ingin bergabung dalam pengamatan, meski hanya melalui media sosial.

Hingga adzan berkumandang, awan tebal masih menghalangi pandangan. Si sabit muda tanda awal Ramadhan, kali ini enggan menyapa hingga pengamatan di tengah pandemi Covid-19 usai.  Namun Ramadhan 1441 hijriah tetap tiba, karena si sabit muda menampakan diri di langit yang berbeda.

“Hingga adzan berkumandang, awan tebal masih menghalangi pandangan. Si sabit muda tanda awal Ramadhan, kali ini enggan menyapa hingga pengamatan di tengah pandemi Covid-19 usai.”

“Kami akan tetap sampaikan, bahwa pengamatan dari ITERA tidak dapat melihat hilal karena langit yang tertutup awan tebal, tetapi hasil pengamatan tidak hanya di ITERA, kemenag Lampung juga mengamati dari Kalianda, dan ada titik pengamatan lain di seluruh Indonesia, yang akan dipergunakan sebagai pertimbangan menetapkan awal Ramadhan,” ujar pengamat OAIL Lampung, Aditya Abdillah Yusuf, S.Si., usai melakukan pengamatan.

Meski dalam pengamatan langsung tidak  dapat terlihat hilal, akan tetapi OAIL ITERA telah melakukan perhitungan atau dengan metode hisab. Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada 23 April 2020, saat matahari terbenam ketinggian hilal diperhitungkan sudah mencapai 03°18’19 atau lebih dari 2 derajat sesuai batas minimum ketinggian hilal yang ditetapkan oleh Kemenag. Sementara usia bulan, telah mencapai 10 jam 19 menit atau sudah melebihi batas minimal yang ditetapkan Kemenag yaitu 8 jam. [Humas]