Peringati International Dark Sky Week, Tim OAIL ITERA Amati Kecerlangan Langit dan Efek Polusi Cahaya di Berbagai Kota

Peringati International Dark Sky Week, Tim OAIL ITERA Amati Kecerlangan Langit dan Efek Polusi Cahaya di Berbagai Kota

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. International Dark Sky Week diadakan selama minggu bulan baru di bulan April (21-28 April 2023), ketika orang-orang di seluruh dunia dapat mematikan lampu mereka untuk mengamati keindahan langit malam tanpa polusi cahaya. Peristiwa ini selalu terjadi pada bulan April, pada minggu bulan baru agar langit bisa dibuat segelap mungkin untuk kondisi pandang yang optimal. Tujuan dari acara ini adalah untuk mengurangi sementara polusi cahaya dan tingkatkan kesadaran tentang pengaruhnya terhadap langit malam, mendorong penggunaan sistem pencahayaan yang lebih baik yang mengarahkan cahaya ke bawah daripada ke langit, dan mempromosikan studi astronomi.

Adanya peringatan IDSW ini berbarengan dengan ekspedisi tim Aruna Leste Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang dimotori oleh Pusat Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) yang sedang melakukan perjalanan ke daerah Lautem, Timor-Leste. Tim berhasil mengabadikan keindahan langit dari berbagai tempat selama perjalanan: Bandar Lampung, Kupang, Tilong, Com, dan Pantai Airleu.

Lebih lanjuta, dari siaran pers yang disampaikan OAIL, dijelaskan polusi cahaya adalah adanya pencahayaan buatan yang tidak diinginkan, tidak sesuai, atau berlebihan. Dalam pengertian deskriptif, istilah polusi cahaya mengacu pada efek dari pencahayaan yang diterapkan dengan buruk, siang atau malam hari.  Tim OAIL mengambil contoh foto di area langit yang sama (rasi Crux, dan sebagian Carina) di Bandar Lampung, Kupang, Tilong, Pantai Airleu Timor-Leste, dan Com Timor-Leste. Kelima gambar tersebut difoto dengan kamera dan pengaturan yang sama. Kami menggunakan Nikon 1 J5.

Dari penelitian sederhana tersebut terlihat, langit latar belakang di Bandar Lampung relatif lebih terang dibandingkan dengan lokasi lainnya, meski tempat pengambilan gambar (Sukarame) masih termasuk ke dalam area sub urban, kita sudah agak sulit untuk mengamati bintang yang ada.

Dari penelitian sederhana tersebut terlihat, langit latar belakang di Bandar Lampung relatif lebih terang dibandingkan dengan lokasi lainnya, meski tempat pengambilan gambar (Sukarame) masih termasuk ke dalam area sub urban, kita sudah agak sulit untuk mengamati bintang yang ada. Dibandingkan dengan tempat lain yang minim polusi cahaya, misalnya Kupang dan Tilong di NTT, kondisi langit dua tempat ini relatif lebih baik. Kita bisa melihat bintang-bintang yang tidak bisa diamati di Bandar Lampung dengan mudah.

Jika kita membandingkannya dengan tempat yang tingkat polusi cahayanya sangat minim seperti di Com, Timor Leste, maka kita bisa benar-benar memahami bahwa jika langit kita tidak terdapat polusi cahaya, maka langit malam akan nampak indah dan cantik dengan bintang-bintang yang bertaburan di langit. Bahkan kita bisa mengamati Bima Sakti secara kasat mata dengan sangat mudah.

Bagaimana kita mengatasi polusi cahaya ini?

Tentu saja disesuaikan dengan kemauan dan kemampuan kita.  Hal yang sederhana seperti tidak menghamburkan cahaya ke langit, maupun menggunakan lampu berdaya rendah dan mengarahkannya ke tempat yang memang diperlukan saja. Tindakan tersebut sudah cukup membantu mengurangi polusi cahaya di sekitar kita. Jika memiliki kekuatan lebih, bisa diimplementasikan dengan membuat kebijakan-kebijakan kampus atau daerah untuk menjaga keindahan langit malam yang pastinya dirindukan oleh banyak orang. Apakah kita sebagai manusia tidak ingin sejenak beristirahat di bawah taburan bintang di alam semesta? Sebuah pertanyaan retorik yang perlu kita jawab dengan aksi nyata.

Tulisan ini dibuat dalam rangka peringatan International Dark Sky Week 2023, untuk mengingatkan kembali pentingnya langit malam, tidak hanya bagi manusia, akan tetapi juga bagi makhluk hidup lainnya. Lebih lengkapnya silahkan buka di https://idsw.darksky.org/ dan https://www.darksky.org/. (Rilis/Humas)

 

Keterangan pengambilan gambar :

Kupang, Tilong, Com, Airleu             = eksposur 25 detik, ISO 1600, f/3.5

Bandar Lampung                                = eksposur 25 detik, ISO 400, f/3.5 (langit cukup terang jika menggunakan ISO lebih tinggi)