Dosen ITERA Kaji Inovasi Sosial Dampak Covid-19 Bersama Peneliti Dunia

Dosen ITERA Kaji Inovasi Sosial Dampak Covid-19 Bersama Peneliti Dunia

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Dosen Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Isye Susana Nurhasanah S.T., M.Si.(Han), yang tengah menjalani program doktor (S3) di Ku Leuven, Belgia, berpartisipasi dalam forum kajian ilmiah International Module in Spatial Development Planning (IMSDP) 2020. Bersama dengan dua professor KU Leuven dan 27 researcher muda lainnya, menghasilkan artikel yang disebut ‘Cahier-4’ untuk website INSIST dengan judul ‘Social innovation in the face of the COVID-19 pandemic’.

Penulisan INSIST Cahier-4 tersebut melibatkan sebanyak 31 kontributor dari kalangan akademisi muda, dan peneliti, yang berpartisipasi dengan menuliskan gagasan terkait dinamika global akibat pandemi Covid-19, sejak Maret hingga Mei 2020 dalam program intensif IMSDP di Leuven, Belgia. Peserta forum tersebut berasal dari hampir semua benua di dunia seperti Africa, Asia, Eropa, dan Amerika Latin.

Isye Susana Nurhasanah S.T., M.Si.(Han) menyampaikan, masing-masing peserta dengan berbagai latar belakang keilmuan saling berbagi pandangan terkait tema utama. Mereka saling berbagi sudut pandang inovasi sosial dan menilai aspek lain dalam kehidupan serta pengalaman yang dihadapi dari berbagai negara di dunia. “Secara spesifik, tujuan INSIST Cahier 4 adalah untuk menghasilkan kompilasi awal dari pengetahuan dan analisis inovasi social terkait isu COVID-19 di seluruh dunia,”ujar Isye, dihubungi dari Indonesia, Senin (29/6/2020).
Para peneliti menuangkan gagasan dalam bentuk artikel dari berbagai perspektif dan meliputi sektor yang beragam dengan bermacam gaya penulisan: akademik, interpretasi artistik, dan representasi grafik terkait material yang ada.

Para peneliti menuangkan gagasan dalam bentuk artikel dari berbagai perspektif dan meliputi sektor yang beragam dengan bermacam gaya penulisan: akademik, interpretasi artistik, dan representasi grafik terkait material yang ada.

Isye menjelaskan secara garis besar, ia dan para peneliti dunia lainnya menggambarkan bahwa 2020 akan diingat sebagai tahun dimana pandemi menyerang hampir seluruh bagian dunia. Dimulai ketika jenis baru dari Coronavirus ditemukan di Wuhan, salah satu provinsi di Tiongkok. Pada 11 Februari badan kesehatan dunia (WHO) menamakan penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus dengan COVID-19 dan menyatakannya sebagai pandemic pada 1 Maret 2020.Berdasarkan laporan WHO, virus menyebar dalam masa yang singkat ke beberapa negara Asia seperti Singapura, Jepang, Korea, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Thailand, termasuk Indonesia. Isu pandemi ini ditanggapi oleh pemerintahan berbagai negara dengan caranya masing-masing. Setiap negara dan para aktornya harus bekerja keras berpacu dengan waktu agar pandemi ini tidak tumbuh besar dan dapat ditanggulangi. Namun pada akhirnya, isu krisis kesehatan berkembang menjadi isu krisis tata kelola.

Pertajam Ketidaksetaraan

Dalam kajian tersebut juga disebutkan, bahwa Coronavirus mempertajam ketidaksetaraan di masyarakat, antara yang kaya dan yang miskin, di dalam ataupun antar negara. Misalnya, orang yang memiliki rumah besar, mudah untuk bekerja dari rumah, merawat anak-anak di rumah akan mudah untuk menghadapi lockdown. Tetapi mereka yang terisolasi di tempat tinggal yang kecil atau bahkan tenda pengungsian akan terjebak dalam aktivitas yang monoton yang dapat mengakibatkan stres. Belum lagi mengenai akses internet yang tidak dapat dimiliki oleh semua kalangan, mengakibatkan keterbatasan mereka untuk bekerja, melanjutkan pendidikan atau bersosialisasi. Pada akhirnya, yang kaya akan dapat bertahan secara ekonomi dalam waktu isolasi, sementara yang miskin akan dihadapkan pada pilihan: bertahan dirumah tanpa makanan atau keluar dan mencari pekerjaan.

Isye menyebut artikel yang ditulisnya lebih memperhatikan tentang bagaimana masyarakat menghadapi krisis dan beradaptasi menemukan kondisi normal baru di tengah disruptif yang signifikan ini. Faktanya, di waktu pandemi ini, orang-orang membuat perbedaan; mengembangkan respon dan inisiatifnya, mengambil tindakan dan membantu sesama mencari solusi terbaik untuk individu dan masyarakat, yang kemudian melahirkan inovasi sosial. [Humas]