Webinar OAIL ITERA Kupas Isu Asteroid dan Dampaknya Dalam Kehidupan

Webinar OAIL ITERA Kupas Isu Asteroid dan Dampaknya Dalam Kehidupan

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) menyelenggarakan website seminar (webinar) dalam rangka peringatan Hari Asteroid (asteroid day) bertajuk Kupas tuntas isu asteroid di masa pandemi Covid-19 dan dampak asteroid dalam kehidupan manusia, Selasa (30/6/2020). Dalam kegiatan tersebut juga dibahas seputar pengembangan pengetahuan melalui kerja sama antara UPT OAIL dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dalam Network Near-Earth Object (NEO).

Kegiatan yang diikuti ratusan peserta dan disiarkan melalui sambungan Zoom dan YouTube ini menghadirkan dua narasumber. Narasumber pertama yaitu Dosen Program Studi Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr.Endang  Soegiartini, S.Si., M.Si., dengan moderator dosen ITERA Nindhita Pratiwi S.Si., M.Si., dan narasumber ke dua, Dr.Rhorom Priyatikanto, S.Si., M.Si. dari Pusat Sains dan Antariksa LAPAN dengan moderator Robiatul Muztaba, S.Si., M.Si.

Kepala UPT OAIL ITERA, Dr. Hakim L. Malasan, diadakannya kegiatan webinar Asteroid Day ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya dampak asteroid dan memberi wawasan terhadap mitigasi bencana asteroid kepada masyarakat luas. Selain itu, kegiatan tersebut juga diharapkan menjadi wadah yang mampu memberikan gambaran umum bagi akademisi dan masyarakat umum dalam bidang sains atmosfer dan antariksa. Kegiatan webinar yang diadakan UPT OAIL ITERA, diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, mulai dari ilmuan, akademisi, pelajar dan mahasiswa, hingga masyarakat umum yang berasal dari Lampung dan berbagai daerah di Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Endang Soegiartini, S.Si., M.Si., menyampaikan asteroid adalah benda Tata Surya terbuat dari batuan, berbentuk tidak beraturan. Asteroid diistilahkan sebagai sebuah ‘dunia’ yang gelap dan pengap, mengorbit Matahari, dan ukurannya terlalu kecil untuk menjadi sebuah planet, karena itu disebut sebagai planet minor.

“Batuan ini merupakan sisa-sisa dari pembentukan awal Tata Surya kita sekitar 4.6 miliar tahun yang lalu. Serpihan batuan primitif di angkasa yang tidak bertumbuh dan tidak hidup. Ukurannya merentang dari sekitar 530 km hingga kurang dari 10 m,” ujar Dr. Endang.

“Asteroid yang membahayakan tidak berarti harus bertabrakan, tetapi ada kemungkinan ancaman, misalnya gangguan pada satelit komunikasi, navigasi, dan sebagainya.”

Asteroid yang berpotensi membahayakan Bumi, yaitu yang jaraknya cukup dekat dengan Bumi: Minimum Orbit Intersection Distance  0,05 au ( 7.480.000 km atau 4.650.000 mil, sekitar 20 kali jarak Bumi-Bulan), Kecerlangan  (redup sekali), atau Diameter . Dr. Endang menyebut, asteroid yang membahayakan tidak berarti harus bertabrakan, tetapi ada kemungkinan ancaman, misalnya gangguan pada satelit komunikasi, navigasi, dan sebagainya. Untuk itu perlu terus memantau Potentially Hazardous Asteroid (PHA) dengan melakukan studi statistik dan dampak dari ancaman tersebut. Hingga saat ini, telah diketahui paling tidak ada 1.787 asteroid dekat Bumi yang bertindak sebagai PHA. “Tumbukan dengan asteroid  sangat jarang, kemungkinannya sangat kecil tapi dampaknya sangat tinggi,” ujar Dr.Endang.

Clearing House

Sementara pemateri ke dua, Dr.Rhorom Priyatikanto, S.Si., M.Si. dari Pusat Sains dan Antariksa LAPAN menyampaikan, saat ini ketertarikan media dan masyarakat akan isu papasan dekat asteroid bertambah seiring waktu. Untuk itu, lembaga yang dapat menjadi clearing house hingga decision support system terkait isu ini amat diperlukan. Clearing house berfungsi untuk menjelaskan kepada masyarakat secara berimbang akan potensi bahaya benda jatuh antariksa (asteroid, komet, meteoroid).

Menurut Dr. Rhorom terkait clearing house informasi dan isu Near-Earth Object (NEO) , UPT OAIL ITERA telah selangkah lebih maju dibandingkan Pussainsa LAPAN yang selama ini mengusung brand Pusat Unggulan IPTEK Cuaca Antariksa. Umumnya NEO terdiri atas asteroid dengan diameter >50 m, meteorid dan komet. OAIL atau Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA perlu memantapkan diri dalam menjawab kebutuhan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang NEO. [Humas]