Webinar One-Ric ITERA Bahas Potensi Energi Baru Terbarukan
[:id]Ilustrasi[:]

Webinar One-Ric ITERA Bahas Potensi Energi Baru Terbarukan

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Dalam rangka memeringati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hateknas) yang ke-25, Pusat Riset dan Inovasi  Konservasi dan Energi  Terbarukan (One-Ric) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan seminar nasional secara dalam jaringan bertajuk Semangat membangun energi terbarukan menuju kebangkitan energi yang berkeadilan, Senin (10/8/2020). Kegiatan yang dilaksanakan melalui aplikasi Zoom dan Youtube tersebut diikuti sebanyak 779 peserta dari 1.500 pendaftar, yang terdiri kalangan akademisi dan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Kegiatan yang dipandu moderator Khansa Suhaimi, S.T. dan Kiki Kananda, S.T., M.T. menghadirkan tiga narasumber yaitu Ridwan Arief Subekti, S.T. selaku peneliti energi baru terbarukan (EBT) LIPI, founder Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) Ir. Eddie Widiono, M.Sc., M.M., dan co-founder EnerBI Dinar Ari Prasetyo, S.T., MBA.

Advisor One-Ric ITERA Prof. Toto Winata, menyampaikan diadakannya kegiatan seminar daring ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai pemanfaatan energi terbarukan yang bersumber dari potensi kekayaan alam bangsa Indonesia dan memberikan pengetahuan mengenai inovasi teknologi terkini terkait energi terbarukan. Selain itu, ia juga menuturkan bahwa seminar daring ini merupakan langkah pertama untuk melihat perkembangan infrastruktur, menjalin kolaborasi research, dan pengembangan sumber daya yang dibutuhkan.

“Energi terbarukan menjadi sesuatu yang harus, karena suatu saat energi fosil akan habis. Sangat penting agar energi terbarukan tidak hanya dirasakan oleh kalangan intelek, melainkan harus merata di masyarakat,” ujar Prof. Toto.

Sementara peneliti energi baru terbarukan (EBT) LIPI, Ridwan Arief Subekti, S.T. menyampaikan materi seputar Riset energi terbarukan khususnya potensi air di LIPI. Ia memaparkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) telah dikembangkan secara mini dan mikro yang dikenal dengan sebutan mikrohidro. Prinsip ini bisa diterapkan pada sungai, irigasi, atau perairan yang bersih dan memiliki debit konstan. Apabila sumber air yang digunakan kotor, harus dibuat sodetan sebagai penunjang sistem pembangkit, dan melapisi setiap komponen dengan plastik untuk menghindari korosi.

“Energi terbarukan menjadi sesuatu yang harus, karena suatu saat energi fosil akan habis. Sangat penting agar energi terbarukan tidak hanya dirasakan oleh kalangan intelek, melainkan harus merata di masyarakat.”

Narasumber kedua, Ir. Eddie Widiono, M.Sc., M.M., turut menyampaikan materinya seputar Melistriki kepulauan dengan energi terbarukan. Ia menjelaskan perlu adanya perubahan sistem pembangkit regulated menjadi fleksibel, sehingga memiliki harga yang efisien terhadap pelanggan.

Eddie juga memaparkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan telah mendapat dukungan penuh dari pemerintah, baik PLN maupun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Hal ini sejalan dengan diterbitkannya regulasi terkait bidang ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan (EBT), dalam rangka penyempurnaan dan percepatan investasi. Regulasi tersebut antara lain Permen ESDM Nomor 49 tahun 2017 yang merupakan penyempurnaan atas Permen ESDM 10/2017 tentang Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik, Permen ESDM Nomor 45 tahun 2017 atas revisi Permen ESDM 11/20117 tentang Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik, dan Permen ESDM Nomor 50 tahun 2017 atas revisi kedua Permen ESDM 12/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik. “Suatu krisis adalah suatu peluang untuk melakukan riset, mengubah pola pikir, dan melompat ke arah yang lebih baik,“ ujarnya Eddie.

Pemanfaatan PLTS

Adapun Dinar Ari Prasetyo, S.T., MBA turut membawakan materi berjudul Aplikasi PLTS sebagai energi terbarukan berbasis masyarakat. Ia memaparkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terhadap kebutuhan masyarakat, seperti air, es, dan lain sebagainya.

Dinar menyebut bahwa dana yang digunakan dalam proyek-proyek EnerBI bersumber dari donasi, hadiah lomba, juga kerjasama dengan beberapa perusahaan. Ia turut mengajak mahasiswa dalam upaya perancangan program energi terbarukan bagi masyarakat.

“Sangat berpotensi untuk membangun PLTS di daerah terpencil dan rural. Nelayan dapat menghasilkan balok es sendiri tanpa harus membeli di tempat yang jaraknya belasan kilometer,” ujarnya.

“Sangat berpotensi untuk membangun PLTS di daerah terpencil dan rural. Nelayan dapat menghasilkan balok es sendiri tanpa harus membeli di tempat yang jaraknya belasan kilometer.”

Diakhir webinar, pembawa acara menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar terkait energi baru terbarukan (EBT), baik PLTA, PLTS, PLTB, dan lain sebagainya. Hal ini didukung dengan teknologi yang dikembangkan oleh para peneliti, organisasi penggiat energi baru terbarukan (EBT), hingga regulasi pemerintah.

Melihat antusiasme dari para peserta yang hadir, juga  pertanyaan-pertanyaan terkait konservasi selama acara berlangsung, Kepala ONE-RIC ITERA Syamsyarief Baqaruzi, S.T. M.T. menyatakan akan mengadakan seminar nasional bertema konservasi dan perkembangan teknologi serta inovasi. Tema ini akan berfokus pada penggunaan teknologi konservasi dan energi terbarukan, yang mana sejalan dengan tujuan “ITERA for Sumatera“, dan memberikan pengetahuan terkini (update) kepada masyarakat. [Humas]