Tim ITERA Ciptakan Inovasi Pendeteksi Banjir Hingga Pupuk Hayati dari Limbah Tahu
[:id]Tim peneliti UPT MKG ITERA dan Dosen Prodi Biologi ITERA menunjukkan inovasi yang dibuat usai melakukan presentasi di hadapan dewan juri Lomba Apresiasi Anugerah IPTEK 2020 Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Lampung, Rabu (5/8/2020). Foto : Humas/Rudi[:]

Tim ITERA Ciptakan Inovasi Pendeteksi Banjir Hingga Pupuk Hayati dari Limbah Tahu

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Dua tim peneliti dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang terdiri dari tim UPT Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) yang beranggotakan Dirya Andiryan, S.T., dan Dimas Triono, S.T., serta peneliti perorangan dosen Prodi Biologi Muhammad Asril, S.Si., M.Si. mempresentasikan inovasi baru yang mereka ciptakan, dalam seleksi Lomba Apresiasi Anugerah IPTEK 2020 Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Lampung, Rabu (5/8/2020). Presentasi dilakukan di hadapan tim juri Balitbangda Provinsi Lampung, setelah sebelumnya 2 tim ITERA dinyatakan lolos dalam 12 besar peserta.

Tim UPT MKG ITERA Dirya Andiryan, S.T., dan Dimas Triono, S.T., menciptakan inovasi Rancang bangun system early warning flood detection sebagai mitigasi banjir di Provinsi Lampung. Dalam inovasi tersebut Dirya dan Dimas menciptakan sebuah alat pendeteksi dini banjir yang berfungsi untuk memantau secara real time ketinggian muka air yang ada pada hulu sungai dan memberikan peringatan secara cepat kepada instansi terkait seperti BPBD, dan masyarakat yang berada jauh di hilir sungai. Alat ini bekerja dengan mengirimkan pesan waspada banjir melalui pesan singkat, dan sirine, ketika kondisi muka air pada situasi waspada.

“Inovasi ini bekerja dengan menggunakan sensor jarak dan pelampung sehingga terdapat dua sistem untuk memonitor ketinggian air di hulu sungai dan meminimalisir terjadinya kesalahan,” jelas Dirya.

“Selain menjadi bagian dari program pelatihan Generasi Tanggap Bencana yang ditujukan kepada mahasiswa Lampung, inovasi-inovasi di bidang tanggap bencana yang kami lakukan juga guna membangun Lampung sebagai Provinsi yang sadar akan kesiap-siagaan bencana, terutama bencana banjir.”

Tujuan inovasi yang dihasilkan tersebut yaitu sebagai alat bantu dalam kebencanaan banjir, baik kepada masyarakat maupun kepada BPBD, sebagai inovasi low cost yang dapat diterapkan diberbagai wilayah rawan banjir. Selain itu, inovasi ini juga akan terus dikembangkan bersama program-program mitigasi bencana dan desa binaan yang di monitori oleh UPT MKG ITERA.

“Selain menjadi bagian dari program pelatihan Generasi Tanggap Bencana yang ditujukan kepada mahasiswa Lampung, inovasi-inovasi di bidang tanggap bencana yang kami lakukan juga guna membangun Lampung sebagai Provinsi yang sadar akan kesiap-siagaan bencana, terutama bencana banjir,” ujar Dimas.

Chili Booster

Sementara dosen Prodi Biologi ITERA Muhammad Asril, S.Si., M.Si. mempresentasikan inovasi produk Proteolizer – Chili Booster yaitu pupuk hayati dari limbah cair tahu yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Inovasi ini dibuat selain untuk mendorong pertumbuhan tanaman cabai para petani, juga untuk meminimalisir pencemaran air akibat limbah produsen tahu.

“Limbah cair tahu yang digunakan merupakan limbah yang terbuang dan beresiko mencemari lingkungan jika tidak melalui proses yang baik. Dalam cairan tersebut, terdapat isolat bakteri proteolitik terbaik berasal dari limbah cair tahu berkode BLT-12 memiliki indeks proteolitik 3,200 selama 48 jam inkubasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hayati,”ujar Asril.

Isolat BLT-12 ini tidak bersifat patogen berdasarkan pada uji pembusukan kentang. Isolat BLT-12 ini memiliki aktivitas protease terbaik pada jam ke 15 masa inkubasi. Isolat BLT-12 ini mampu menurunkan nilai BOD, COD limbah cair tahu sekurang-kurangnya setengah dari kadar awal sehingga mampu memecahkan masalah lingkungan. Selain itu, isolat BLT-12 mampu meningkatkan unsur hara dalam limbah cair tahu yang terdiri dari C-Organik, N-Total, P-Total, K-Total dan NO3 sehingga pupuk hayati (biofertilizer) isolat BLT-12 mampu meningkatkan 40,25% tinggi kecambah cabai dan 43,02% berat kering kecambah tanaman cabai.

“Limbah cair tahu yang digunakan merupakan limbah yang terbuang dan beresiko mencemari lingkungan jika tidak melalui proses yang baik. Dalam cairan tersebut, terdapat isolat bakteri proteolitik terbaik berasal dari limbah cair tahu berkode BLT-12 memiliki indeks proteolitik 3,200 selama 48 jam inkubasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hayati.”

Asril menambahkan, tujuan inovasi ini adalah untuk memperoleh bakteri proteolitik indigenous dari limbah cair tahu dan memformulasikannya menjadi biofertilizer dengan memanfaatkan limbah cair tahu sebagai substrat pembawa bakteri. Formulasi ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai dan mengurangi pencemaran air dan tanah akibat limbah cair tahu yang dibuang tanpa pengolahan. Melalui inovasi ini, limbah cair tahu yang selama ini dibuang oleh produsen tahu dapat dijadikan pupuk hayati yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

“Efektivitas dan manfaatnya tidak hanya pada tanaman cabai tetapi juga pada tanaman lainnya. Sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terkait penelitian ini,”  jelas Asril. [Humas]