Perencanaan Infrastruktur Air Bersih Dibutuhkan dalam Tatanan Normal Baru
[:id]Ilustrasi[:]

Perencanaan Infrastruktur Air Bersih Dibutuhkan dalam Tatanan Normal Baru

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Pengembangan Infastruktur Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)  Institut Teknologi Sumatera (ITERA) bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Perencanaan Indonesia (IMPI) dan HMP Mandalanata menyelenggarakan seminar online nasional bertajuk Adaptasi perencanaan infrastruktur air bersih dalam tatanan kenormalan baru di Indonesia”, Rabu (29/7/2020).

Seminar daring ini menghadirkan beberapa pembicara ahli diantaranya Dekan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Dr. Sri Maryati, S.T., M.I.P., Direktur Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementrian PUPR Ir. Yudha Mediawan, M.Dev.Plg., dan Tri Dewi Virgiyanti, S.T., MEM selaku Direktur Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman BAPPENAS. Kegiatan dimoderatori oleh dosen Prodi PWK ITERA Husna Tiara Putri, S.T., M.T.

Koordinator Prodi PWK ITERA, Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si., dalam sambutan menyampaikan seminar tersebut merupakan salah satu bentuk keikutsertaan Prodi PWK ITERA untuk memecahkan masalah-masalah dalam bidang penataan ruang di masa kenormalan baru selama pandemi Covid-19. Selain itu, kegiatan tersebut juga menjadi ajang untuk memperkenalkan ITERA kepada masyarakat luas dalam bidang keilmuan.

Seminar yang diikuti  peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, praktisi dan  masyarakat umum dari seluruh Indonesia tersebut dibagi dalam dua sesi utama. Pada sesi yang pertama para peserta mendapatkan paparan materi terkait Perencanaan air bersih dalam tatanan normal baru dari para narasumber, kemudian pada sesi yang selanjutnya adalah sesi tanya jawab yang dilakukan oleh peserta kepada para narasumber yang hadir pada acara ini.

Dalam materinya, Dekan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Dr. Sri Maryati, S.T., M.I.P menyampaikan perihal Urgensi, paradigma, dan perubahan perilaku masyarakat terhadap air bersih dalam tatanan kenormalan baru di Indonesia.  Sri menjelaskan bahwa air bersih dan sanitasi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang telah ditetapkan oleh PBB. Pemenuhan atas hak atas akses air minum nasional pada tahun 2024 berdasarkan RPJMN 2020-2024 ditargetkan mencapai 100% akses layak dan setidaknya 15% akses aman.

“Akses aman tentu levelnya lebih tinggi dari layak, kalau layak itu sumber airnya terlindungi tidak terkontaminasi jika air sumur itu sumurnya tertutupi agar bebas dari kontaminasi, sedangkan aman itu adalah layanan yang berkelanjutan dan murni tidak mencemari lingkungan seperti sambungan PDAM yang menggunakan perpipaan,” ujar Sri.

Menurut dia, adanya anjuran untuk menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan di masa  pandemi ini tentu menyebabkan peningkatan terhadap kuantitas kebutuhan air bersih dan ini akan menjadi perhatian karena tidak semua wilayah di Indonesia khususnya daerah padat penduduk bisa mendapatkan akses distribusi PDAM.

“Adanya anjuran untuk menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan di masa  pandemi ini tentu menyebabkan peningkatan terhadap kuantitas kebutuhan air bersih dan ini akan menjadi perhatian karena tidak semua wilayah di Indonesia khususnya daerah padat penduduk bisa mendapatkan akses distribusi PDAM.”

Sementara pemateri ke dua,  Ir. Yudha Mediawan, M.Dev.Plg selaku Direktur Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementrian PUPR menyampaikan, prinsip pemenuhan kebutuhan air minum sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) memiliki 4 filosofi yaitu Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan.

“Dalam membangun perencanaan air minum harus satu sistem planning dari hulu sampai hilir sehingga kita yakin air bakunya cukup, secara kualitas cukup, dan unit produksi yang cukup untuk melayani demand (permintaan), jadi disini harus benar-benar ada real demand survey untuk memastikan sistem ini berjalan dengan baik,” ujar Yudha.

Empat Aspek Penting

Yudha menyampaikan, untuk mendukung Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk kesejahteraan yang berkelanjutan diperlukan dukungan dari empat aspek penting yaitu teknis teknologis, sosial ekonomi budaya, kelembagaan, dan lingkungan.

Di akhir pemaparan materi, Direktur Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman BAPPENAS, Tri Dewi Virgiyanti, S.T., MEM menekankan bahwa dari pandemi ini terdapat juga sisi positifnya diantaranya awareness masyarakat untuk menerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Dulu mungkin orang-orang jarang mencuci tangan hanya sekali-dua kali sehari, sekarang bisa 5-10 kali untuk menjaga kebersihan, perilaku ini menjadikan momentum kita kemudian memastikan bahwa akses ini memang dibutuhkan masyarakat sehingga masyarakat sadar dan ikut mau berkontribusi memanfaatkan air dengan lebih baik,” ujar Tri.

Pada dasarnya dalam memasuki era tatanan kenormalan baru penyediaan air bersih menjadi semakin kompleks karena kebutuhan air bersih yang semakin meningkat sementara dari sisi supply terdapat kendala. Solusi yang mungkin dapat dilakukan adalah melakukan manajemen dari sisi supply dan demand secara terintegrasi dengan melibatkan stakeholder terkait. [Humas]