Icositer Ajang Peneliti Dunia Paparkan Riset untuk Sumatera

Icositer Ajang Peneliti Dunia Paparkan Riset untuk Sumatera

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. International Conference on Science, Infrastructure Technology and Regional Development (Icositer) yang diadakan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) 25-26 Oktober 2019, menjadi ajang para peneliti dunia memaparkan hasil riset yang mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan untuk Sumatera.
Di hari ke-2 penyelenggaraan Icositer, sejumlah peneliti dari dalam dan luar negeri mempresentasikan hasil penelitiannya. Seperti pakar geologi Indonesia, Dr.Surono, peneliti dari Universiti Malaysia Perlis, Malaysia Prof. Mohd. Mustafa Al Bakri dan Dr. Norazian Mohamed Noor, peneliti Universiti Sains Malaysia Prof. Mohd Remy dan Dr. Mohd. Fard Murshed, serta Direktur ITERA International Office yang juga dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Acep Purqon, Ph.D.
Pakar geologi Indonesia Dr. Surono, memaparkan riset amat penting dalam mendukung mitigasi bencana, terutama di Pulau Sumatera, yang rawan bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami. Menurut Surono, mitigasi bencana tanpa disertai dengan riset dipastikan tidak akan berhasil,sehingga perguruan tinggi perlu berperan dengan mendorong riset dan mendirikan pusat riset tentang kebencanaan. Di hadapan peserta, Dr. Surono juga menjelaskan, hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan pastinya terjadi gempa bumi. Hanya saja, peneliti dapat melakukan riset untuk memprediksi kekuatan gempa hingga riwayat gempa yang pernah terjadi di suatu tempat.

Sementara peneliti dari Universiti Malaysia Perlis, Malaysia Prof. Mohd. Mustafa Al Bakri, memaparkan materi tentang Pentingnya visibilitas dan aksesibilitas penelitian. Prof. Mustafa menyebut riset yang baik adalah yang dapat diimplementasikan. Selain itu, peneliti juga perlu mempromosikan penelitian yang dilakukan hingga terlibat dalam komunitas, untuk melakukan kolaborasi.

Hal senada disampaikan, Direktur ITERA International Office, Acep Purqon, Ph.D. yang menyebut proses kolaborasi sangat penting dilakukan dalam sebuah riset. Sehingga, hasil dari sebuah riset dapat diimplementasikan untuk menjadi solusi sebuah permasalahan. Khusus di ITERA, Acep menyebut, riset-riset yang dilakukan para dosen adalah riset yang menjawab permasalahan yang ada di Pulau Sumatera karena ITERA didirikan untuk memenuhi kebutuhan Sumatera. Kehadiran para peneliti dari berbagai perguruan tinggi dunia untuk memaparkan hasil riset di ajang Icositer, menurut Acep sangat penting untuk mendukung peran ITERA tersebut dan memberikan inspirasi kepada para peneliti di ITERA, Sumatera dan Indonesia.

11 Pembicara Sampaikan Riset

Sebagai informasi, Icositer merupakan konferensi ilmiah tingkat internasional yang diadakan tiap tahun oleh ITERA. Pada Icositer kali ini yang mengangkat tema “Green Technology and Infrastructure to Achieve Sustainable Development Goals” sebanyak 11 pembicara asal berbagai perguruan tinggi di enam negara yakni New Zealand, Swiss, Taiwan, Jepang, Malaysia dan Indonesia mempresentasikan hasil risetnya. Pada hari pertama pembicara yang mempresentasikan hasil risetnya yakni Prof. Lester Finch and Prof. Ramon Zamora dari Auckland University of Technology, New Zealand, Prof. Takuya Sugahara (Ehime University, Jepang), Prof. Poki Chen (National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan),dan Prof. Azhar Zam (University of Basel, Switzerland).

Rektor ITERA Prof. Ir. Ofyar Z Tamin., M.Sc., Ph.D., menyampaikan, Icositer merupakan konferensi internasional tahunan yang diadakan ITERA sebagai ajang berkumpulnya para peneliti dunia, stakeholder untuk saling bertukar gagasan dan menjelaskan hasil-hasil riset yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dan guna memecahkan permasalahan yang dihadapi, khsusunya di Pulau Sumatera. ITERA yang lahir untuk memenuhi kebutuhan Sumatera, saat ini, terus mengembangkan pusat-pusat riset yang dibutuhkan Sumatera, seperti pusat riset perkeretaapian, geospasial, manajemen kebencanaan yang telah berdiri. “Kami lahir untuk memenuhi kebutuhan Sumatera, karena ITERA for Sumatera dan akan menjadi pusat unggulan di Sumatera. Konferensi ini menjadi kesempatan yang baik, untuk para peneliti agar saling bertukar gagasan dalam riset dan pemecahan masalah, termasuk mendorong pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan,” ujar Rektor. [Humas]