Seminar Prodi SAP ITERA Kupas Eksoplanet Bersama Pakar Internasional

Seminar Prodi SAP ITERA Kupas Eksoplanet Bersama Pakar Internasional

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) dan Himpunan Mahasiswa Sains Atmosfer dan Keplanetan (Himasaka) ITERA mengadakan seminar online bertema “Eksoplanet : Mencari Planet di Luar Tata Surya” dengan menghadirkan pakar internasional dari National Institute of Natural Science, Tokyo, Jepang dan Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, 18 Maret 2021. Eksoplanet merupakan planet ekstrasurya atau planet di luar Tata Surya.

Dua pakar yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut yaitu Dr. Stevanus Kristianto Nugroho dari Astrobiology Center, National Institute of Natural Science, Tokyo, Jepang dan Dr. Anton Timur Jaelani dari Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung dan Kindai University, Osaka, Jepang.

Kegiatan yang menjadi rangkaian dies natalis Himasaka tersebut diikuti sekitar 320 peserta melalui Zoom meeting dan live Youtube dan dimoderatori oleh Dosen SAP ITERA Ridlo W. Wibowo, M.Si., M.Sc., dengan kelompok keahlian astronomi.

Koordinator Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA, Dr. Moedji Raharto dalam pembukaan menyampaikan bahwa seminar tersebut sangat penting bagi mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum dalam meningkatkan pengetahuan tentang bidang astronomi terkini terutama tentang eksoplanet.

Sementara dalam pemaparan materi, Dr. Stevanus Kristianto Nugroho menyampaikan topik “Exoplanet Atmosphere through High-Resolution Spectroscopy”. Dr. Srevanus menjelaskan tentang metode high-resolution spectroscopy atau spektroskopi resolusi tinggi yang dinilai memiliki keunggulan dibanding spektroskopi resolusi rendah pada akurasinya dalam membedakan fitur atom atau molekul dengan lebih akurat karena kesensitifannya terhadap posisi garis absorpsi dan emisi. Selain itu, keunggulan penggunaan spektroskopi resolusi tinggi lainnya adalah penggunaannya tidak terbatas pada planet yang sedang mengalami transit (transiting planet), tidak membutuhkan bintang pembanding, dan koreksi sistematis yang relatif lebih mudah.

“Meskipun begitu, metode spektroskopi resolusi tinggi dan resolusi rendah dapat saling melengkapi dengan metode spektroskopi resolusi tinggi mengkarakterisasi atmosfer bertekanan rendah dan spektroskopi resolusi rendah mengkarakterisasi atmosfer bertekanan tinggi,” ujar Dr. Stevanus.

“Seminar tersebut sangat penting bagi mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum dalam meningkatkan pengetahuan tentang bidang astronomi terkini terutama tentang eksoplanet.”

Dr. Stevanus juga memaparkan hasil pekerjaannya menggunakan metode spektroskopi resolusi tinggi untuk mendeteksi keberadaan TiO pada atmosfer planet WASP-33b, pendeteksian stratosfer planet tersebut.

Ekstrasolar Planet

Sementara Dr. Anton Timur Jaelani dalam kesempatan tersebut membahas topik Pencarian ekstrasolar planet menggunakan metode microlensing. Metode microlensing memiliki kemiripan dengan metode transit, di mana terdapat dua objek (bintang) yang berada pada arah pandang yang sama. Akibat efek lensa gravitasi, akan terjadi magnifikasi yang menimbulkan terang cahaya bintang latar/sumber (bintang yang berada di belakang) menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.

Jika terdapat planet pada bintang pelensa (bintang yang di depan), planet juga akan berkontribusi pada efek magnifikasi tersebut. Profil penambahan terang bintang pada kasus microlensing sangat khas, bergantung pada massa pelensa (bintang dan eksoplanetnya), jarak relatif sumber-pelensa, dan jalur gerak peristiwa lensa.

Dr. Anton menyebut, metode microlensing memiliki keunggulan dapat mendeteksi eksoplanet di sekitar bintang-bintang redup, dengan kelemahan waktu kejadian yang hanya sekali terjadi untuk satu sistem dan pada waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu ketika dideteksi akan ada peristiwa lensing antara dua bintang, perlu dilakukan campaign pengamatan terus-menerus selama durasi lensing dengan beberapa teleskop yang tersebar di penjuru dunia untuk meningkatkan peluang penemuan eksoplanet.

Dr. Anton menyampaikan di dunia terdapat beberapa kelompok jejaring pengamatan microlensing, termasuk yang menggunakan teleskop kecil. Teleskop tersebut seukuran dengan yang dimiliki kampus-kampus atau sekolah di Indonesia. (Humas)