Peneliti ITERA Usulkan Astomulyo Meteorite Dimanfaatkan untuk Kepentingan Ilmu Pengetahuan

Peneliti ITERA Usulkan Astomulyo Meteorite Dimanfaatkan untuk Kepentingan Ilmu Pengetahuan

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Dua Peneliti ITERA yaitu Robiatul Muztaba, S.Si., M.Si., Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan, dan Danni Gathot Harbowo,S.Si., M.T., Dosen Teknik Geologi, telah mendapatkan hasil dari uji laboratorium batu meteorit yang ditemukan di Lampung Tengah, beberapa waktu lalu. Berdasarkan lokasi jatuhnya, meteorit yang ditemukan pada 28 Januari 2021, di Astomulyo, Lampung Tengah, kedua peneliti ITERA ini mengusulkan nama Astomulyo Meteorite sebagai nama meteorit tersebut. Nama ini ditujukan untuk mengabadikan fenomena alam di desa tersebut.

Peneliti ITERA juga berharap batu meteorit ini senantiasa dapat dijaga dan dikelola oleh masyarakat untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dengan dukungan serta perhatian pemerintah setempat.

Dari hasil analisis yang dilakukan, pada dua dari tiga pecahan meteorit yang ditemukan oleh warga, di Desa Astomulyo, perwakilan peneliti ITERA, Danni Gathot Harbowo menyampaikan hasil properti fisik dan kimia pada masing-masing meteorit diketahui densitas atau masa jenis pada objek tersebut berkisar ± 4 gr/cm3 dan kekerasan ± 5 – 6 dalam skala mohs. Bagian dalam meteorit ini memilki kilap logam dan mampu menarik magnet, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar meteorit memiliki kandungan logam yang relatif tinggi. Ditinjau dari komposisinya, Astomulyo Meteorite memiliki unsur Fe (besi), Mg (magnesium), Si (silika) yang dominan.

Selain itu pada meteorit juga ditemukan beberapa unsur logam berat yang mudah teroksidasi dan larut dalam air seperti, Fe. Cr, Al, Ni, Se, timbal (Pb), dan seng (Zn). Logam berat tersebut dapat bersifat racun dan dapat merusak metabolisme serta jaringan dalam tubuh.  Hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian komprehensif untuk mengidentifikasi harmful element lainnya yang mungkin ada pada Astomulyo Meteorite.

“Oleh karena itu kami terus menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan air rendaman meteorit tersebut apalagi sampai meminumnya,” ujar Gathot, di Laboratorium Geologi dan Sains ITERA, Selasa, 16 Februari 2021.

“Peneliti ITERA juga berharap batu meteorit ini senantiasa dapat dijaga dan dikelola oleh masyarakat untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dengan dukungan serta perhatian pemerintah setempat.”

Gathot dan Robiatul Muztaba, menambahkan, pihaknya masih akan terus melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih detail, terkait batu luar angkasa tersebut, termasuk prediksi usia (umur) hingga lokasi asal meteor di tata surya.

Edukasi Astronomi

Menimbang dari keunikan fenomena jatuhnya meteorit di Desa Astomulyo, Lampung Tengah, peneliti ITERA lainnya, Robiatul Muztaba atau akrab disapa Aji, mengusulkan agar batu meteorit tersebut lebih banyak digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, baik seperti di bidang astronomi dan kebumian. Selain itu, lokasi jatuhnya meteorit ini kelak menjadi cikalnya Desa Mitra ITERA, untuk bersama dikembangkan menjadi situs khusus untuk observasi objek langit dan wisata astronomi di Lampung Tengah.

“Pada akhir Maret 2021, kami akan menginisiasi agenda edukasi dan wisata Astronomi (astrotourism) khusus di Desa Astomulyo dengan melibatkan warga dalam pengelolaannya. Momen ini bertepatan dengan fenomena alam hujan meteor γ-Normid dan supermooon pada akhir Maret 2021,” ungkap Aji.

Dengan kolaborasi tersebut, masyarakat diharapkan dapat senantiasa menjaga kelestarian objek langit tersebut serta mampu memberikan manfaat yang berkelanjutan untuk masyarakat sekitar secara berkelanjutan. Dengan terjaganya meteorit tersebut, masyarakat dapat mengamati secara langsung dan mempelajarinya. Ini sebuah keistimewaan yang luar biasa bagi desa ini, jika nilai ilmiah dan historis objek ini dapat dijaga dan dikembangkan oleh pelajar-pelajar dan para peneliti di Indonesia, khususnya di Provinsi lampung.

“Meteorit tersebut memiliki nilai historis dan ilmiah yang tinggi, tidak hanya dari sisi objeknya saja, lokasi pun menjadi sangat penting dalam kajian jatuhnya sebuah meteori di Bumi. Kami rasa akan sangat baik jika Pemerintah Daerah dapat menginisiasi mini-museum di Desa Astomulyo, sebuah museum minimalis yang mampu menjaga serta mengedukasi masyarakat umum tentang benda-benda antariksa seperti meteorit,” ujar Aji.

Selain sebagai langkah dalam menjaga keutuhan Astomulyo Meteorite, tentunya ini dapat menjadi sebuah keistimewaan tersendiri bagi daerah tersebut, khususnya provinsi lampung di tingkat internasional. (Humas)