Mahasiswa Teknik Lingkungan ITERA Gagas Konsep Teknologi Pengolahan Air Limbah
[:id]Sumber : Freepik[:]

Mahasiswa Teknik Lingkungan ITERA Gagas Konsep Teknologi Pengolahan Air Limbah

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan ITERA yaitu Mayandi Daratamia, Rachma Sekar Utami dan Nita Arsela berhasil menuangkan gagasan mereka terkait konsep teknologi wastewater reuse atau pengolahan air limbah, dalam rekayasa air berkelanjutan. Tulisan ini merupakan satu dari enam belas judul esai yang ditulis secara berkelompok oleh peserta mata kuliah Rekayasa Air Berkelanjutan (RAB), di Prodi Teknik Lingkungan ITERA.

Wastewater reuse merupakan pemanfaatan kembali air buangan dari proses pengolahan limbah untuk berbagai keperluan dan kegiatan. Konsep ini telah berkembang di berbagai negara di dunia bahkan di negara-negara yang biasanya tidak dianggap memiliki kelangkaan air. Amerika Serikat, Eropa Barat, Australia, dan Singapura merupakan negara-negara yang sedang populer menerapkan konsep ini.

Mayandi Daratamia menyebut, konsep wastewater reuse penting untuk dikaji karena berkaitan dengan peningkatan kebutuhan air bersih yang tidak sejalan dengan ketersediaan air bersih.  “Apa lagi saat ini sumber air bersih terus mengalami penurunan, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya,” ujar Maydani, Kamis, 11 November 2021.

Bahkan menurut Maydani, IDEP Foundation menyatakan bahwa Bali yang merupakan surga wisatawan dunia, saat ini sedang mengalami krisis air bersih yang diakibatkan oleh turunnya muka air tanah dan juga air permukaan. Dia juga menekankan bahwa kurangnya akses air bersih ini berbanding terbalik dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) ke-6 yaitu memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua. Untuk itu, diperlukan suatu solusi yang dapat mengatasi permasalahan ini dan salah satunya adalah dengan konsep wastewater reuse.

“Air limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan, baik itu domestik atau keperluan rumah tangga, dan non domestik seperti kegiatan industri, perkantoran dan lain-lain sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali. Baik untuk digunakan dalam proses produksi industri, hingga sumber air minum, seperti di Singapura.”

Gagasan tiga mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan tersebut mendapat apresiasi dari dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Air Berkelanjutan Prodi Teknik Lingkungan ITERA, Mutiara Fajar, S.T., M.T.

“Jadi air limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan, baik itu domestik atau keperluan rumah tangga, dan non domestik seperti kegiatan industri, perkantoran dan lain-lain sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali. Baik untuk digunakan dalam proses produksi industri, hingga sumber air minum, seperti di Singapura,” ungkap Mutiara.

Ubah Paradigma

Mutiara juga menambahkan bahwa tantangan lainnya dalam menghadapi permasalah air bersih adalah mengubah paradigma atau persepsi masyarakat terkait konsep wastewater reuse. Di sinilah peran akademisi dan peneliti dituntut untuk melakukan penelitian lebih mendalam. Sementara peran mahasiswa sebagai jembatan dalam menginformasikan hal yang baru kepada masyarakat. Salah satunya adalah dengan menulis gagasan seperti ini.

Selain wastewater reuse, konsep teknologi lain yang dapat digunakan sebagai upaya konservasi air adalah Pemanenan Air Hujan (PAH) atau rain water harvesting. PAH yaitu proses penampungan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih yang dapat digunakan langsung atau dialirkan ke dalam tanah. Selain penampungan air hujan, di beberapa daerah yang memiliki kelembaban tinggi telah dilakukan pemanenan kabut atau fog harvesting.

“Dengan tersalurkannya ide-ide dari mahasiswa, bisa menjadi pembuka jalan bagi kita para akademisi atau pun para praktisi untuk bisa bekerjasama dalam mewujudkan implementasi teknologi rekayasa air berkelanjutan.”

Selain konsep teknologi, ada juga tulisan terkait konsep evaluasi dan manajemen atau dikenal dengan istilah water governance. Istilah ini mengacu pada keterlibatan semua pihak dalam pengelolaan air. Tidak hanya pemerintah, masyarakat umum serta stakeholder yang terkait baik formal maupun informal juga dituntut berperan aktif dalam mengelola ketersediaan air.

“Kami, khusunya tim teaching mata kuliah Rekayasa Air Berkelanjutan berharap dengan tersalurkannya ide-ide dari mahasiswa, bisa menjadi pembuka jalan bagi kita para akademisi atau pun para praktisi untuk bisa bekerjasama dalam mewujudkan implementasi teknologi rekayasa air berkelanjutan,” tutup Mutiara. (Rilis/Humas)