Studium Generale Teknik Elektro ITERA Kaji Kondisi Kelistrikan Nasional

Studium Generale Teknik Elektro ITERA Kaji Kondisi Kelistrikan Nasional

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Memeringati Hari Listrik Nasional (HLN) ke-75 tahun, Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan studium generale dalam jaringan bertajuk Refleksi 75 tahun Indonesia terlistriki, pada Senin, 2 November 2020. Sebanyak 235 peserta mengikuti kegiatan yang menghadirkan tiga narasumber yaitu Sekretaris Jendral Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Andri Doni, Dipl. Ing., Senior Manajer Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN Lampung Ir. Bagus Hari Abrianto, M.T., dan Ir. Surya Tarmizi Kazim, M.Si. selaku pengamat kelistrikan nasional.

Koordinator Prodi Teknik Elektro ITERA Prof. Dr. Dipl. Ing. Ir. Reynaldo Zoro, dalam sambutannya menyampaikan bahwa sejarah kelistrikan di Indonesia sejalan dengan kemerdekaan Republik Indonesia. Perusahaan listrik nasional didirikan dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan. Perusahaan ini mengalami perubahan nama dari Jawatan Listrik dan Gas menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN), serta berkerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta.

“Saya berharap mahasiswa dapat memanfaatkan ilmu dari para narasumber, baik untuk menunjang perkuliahan di ITERA maupun menyelesaikan beragam masalah tentang kelistrikan yang ada di masyarakat,” ujar Prof. Reynaldo.

Dalam sesi materi yang dimoderatori oleh Rheyuniarto S. Asthan, S.T., M.T., narasumber Andri Doni, Dipl. Ing. mengatakan bahwa penyediaan ketenagalistrikan harus memenuhi lima prinsip dasar yaitu kecukupan, keandalan, keberlanjutan, keterjangkauan, dan keadilan. Meski pasokan tenaga listrik pada sistem kelistrikan Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur dalam kondisi siaga. Masih terdapat 433 desa yang belum terlistriki, serta Sorong dan Papua yang juga masih dalam kondisi siaga.

“Penyediaan ketenagalistrikan harus memenuhi lima prinsip dasar yaitu kecukupan, keandalan, keberlanjutan, keterjangkauan, dan keadilan. Meski pasokan tenaga listrik pada sistem kelistrikan Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur dalam kondisi siaga.”

Andri juga menjelaskan seputar Renewable Based Industrial Development (Rebib) dan Renewable Based Economic Development (Rebed) yang muncul sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada seperti missmatch antara supply dan demand. Selain itu juga untuk mewujudkan Paris Protocol Agreement tentang target bauran energi 23% energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025. Lebih lanjut, dia juga memaparkan bahwa total kapasitas pembangkit energi baru terbarukan di Indonesia telah mencapai 10,426 MW atau 14,70% dari total kapasitas terpasang pembangkit nasional.

Sementara narasumber kedua, Senior Manajer Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN Lampung  Ir. Bagus Hari Abrianto, M.T., menjelaskan bahwa pasokan pembangkit listrik di Provinsi Lampung mencapai 1.099,2 MW, Transfer P3BS 450 MW, dan beban puncak tertinggi subsistem (per September 2020) mencapai 1.072 MW. Sebagai perusahaan listrik negara, Bagus mengatakan bahwa ada beberapa transformasi yang dilakukan seperti green atau mencapai target bauran energi baru terbarukan; lean atau efisien, ramping, dan lincah; inovatif; serta customer focused yang memberikan kepuasan terhadap para pelanggan.

Digitalisasi PLN

PLN juga mengupayakan digitalisasi berupa pengadaan aplikasi PLN mobile yang dilengkapi dengan berbagai fitur dalam rangka perbaikan customer experience. “Kita juga harus mampu beradaptasi dengan era digitalisasi, sehingga pelanggan bisa bertransaksi apa saja dengan PLN tanpa harus mendatangi kantornya,” ujar Bagus.

Pemateri terakhir yang merupakan pengamat kelistrikan nasional Ir. Surya Tarmizi Kazim, M.Si. menuturkan bahwa dalam membahas masalah kelistrikan tidak terlepas dari beberapa komponen yaitu engineering, environment, dan economy (E3), serta supply, dan demand. Jika supply dan demand tidak selaras maka akan menimbulkan kesenjangan serta berujung pada krisis.

“Saya harap mahasiswa dapat membuat sebuah buku mengenai basic infrastructure agar semua kalangan baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat umum tidak asing lagi dengan infrastruktur kelistrikan,” ujar Surya.

Diakhir kegiatan, moderator Rheyuniarto S. Asthan, S.T., M.T., menyimpulkan bahwa pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh PT PLN Persero sebesar 60,6%, dengan rasio elektrifikasi diatas 90%. Instansi ini akan terus bertransformasi sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pelanggan. Selain itu, Indonesia  ditargetkan sudah menggunakan minimal 23% Energi Baru Terbarukan (EBT) pada tahun 2025. [Humas]