Prodi PWK ITERA Kaji Masalah Covid-19 dari Sisi Perencanaan Kota
[:id]Kajian Milenial dalam jaringan yang diadakan Prodi PWK ITERA bertajuk Urban Planning for Future Health Resilience A Response of Covid-19 Pandemic, Sabtu (18/4/2020). Dok. Humas PWK[:]

Prodi PWK ITERA Kaji Masalah Covid-19 dari Sisi Perencanaan Kota

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) bersama Himpunan Mahasiswa Planologi ITERA dan Ikatan Mahasiswa Perencana Indonesia (IMPI) Korwil Sumatera mengadakan kegiatan Kajian Milenial bertajuk “Urban Planning for Future Health Resilience A Response of Covid-19 Pandemic”, Sabtu (18/04/20). Kegiatan yang diadakan secara dalam jaringan tersebut tidak hanya diikuti oleh mahasiswa PWK ITERA, tetapi juga peserta umum.

Kajian ini membahas isu terkini terkait pandemi Covid-19 dari sudut pandang perencana, dengan menghadirkan narasumber yang merupakan Dosen Prodi PWK ITERA dari empat kelompok keahlian yaitu M. Bobby Rahman, S.T., M.Sc. (bidang kajian disaster management), M. Zainal Ibad, S.T., M.T. (bidang kajian transportation planning), Fran Sinatra, S.P., M.T. (bidang kajian urban planning and design), Adnin Musadri Asbi, S.Hut., M.Sc (bidang keahlian disaster management).

Pembina Himpunan Mahasiswa Planologi Mandalanata ITERA, Hafi Munirwan, S.T., M.Sc. dalam sambutannya menyampaikan, kajian yang melibatkan para narasumber dari berbagai kelompok keahlian tersebut diharapkan dapat memperkaya pembahasan Covid-19 dari berbagai perspektif keilmuan. Selain itu, diharapkan mahasiswa dan peserta dapat memperoleh pengetahuan tentang perencanaan kota yang tangguh terhadap pandemi di masa yang akan datang.

“Dalam penanganan wabah ini fokusnya ada di tanggap darurat, sampai saat ini hingga nanti wabah ini mulai menurun itu fasenya tanggap darurat, ini yang membedakan dengan bencana alam lainnya yang biasanya paling singkat adalah fase tanggap daruratnya.”

Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Ilham Maradhona tersebut, narasumber pertama  M. Bobby Rahman, S.T., M.Sc., dosen dalam bidang disaster management menyebut, Indonesia belum terbiasa dengan bencana yang tidak terlihat seperti pandemi Covid-19. Ketahanan (resilience) adalah konsep dinamis dan terdapat faktor stress dan shock, dampaknya tidak dapat dipisahkan dengan keadaan ekonomi dimana sektor informal yang sangat terdampak terhadap kesehatan, daya beli, dan penyerapan. Lalu, Adnin Musadri Asbi, S.Hut., M.Sc yang merupakan dosen di bidang keahlian disaster management menyebutkan untuk menangani tekanan tersebut hal yang paling umum dilakukan adalah pembatasan fisik dengan 3 (tiga) cara strategi peningkatan ketahanan yaitu: dilakukannya pemberdayaan masyarakat, pengendalian pergerakan, dan pembentukan ruang dengan skala kecil.

“Dalam penanganan wabah ini fokusnya ada di tanggap darurat, sampai saat ini hingga nanti wabah ini mulai menurun itu fasenya tanggap darurat, ini yang membedakan dengan bencana alam lainnya yang biasanya paling singkat adalah fase tanggap daruratnya tapi kalau dalam bencana Covid-19 saat ini diprediksi fase tanggap daruratnya akan cukup lama,” ujar Adnin Musadri.

Kepadatan Penduduk

Sementara itu, Fran Sinatra, S.P., M.T. dosen di bidang urban planning and design menjelaskan terkait musibah virus yang pernah terjadi pada tahun 1990-an disebabkan oleh kepadatan penduduk di perkotaan yang diperparah dengan adanya permukiman kumuh. Akan tetapi dari penelitian yang sudah dilakukan di Jakarta, dinilai belum ada korelasi kuat antara kepadatan penduduk dengan sebaran virus Covid-19 ini. Fran Sinatra juga menyebutkan terkait perencanaan dan perancangan kota di masa depan untuk menanggulangi pandemi adalah dengan mixed use, compact green, penataan jalur non-motorized, semakin bertambahnya ruang terbuka publik dan private, digitalisasi infrastruktur, dan mengevaluasi standar kebutuhan dari sarana prasarana utilitas kota.

Sementara menurut dosen dari kelompok keahlian Transportation Planning, M. Zainal Ibad, S.T., M.T., pandemi Covid-19 menyebabkan terputusnya mobilitas antar wilayah terkait dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Untuk itu diperlukan penyelamatan sektor yang lemah seperti dengan melakukan rekayasa mobilitas, pengembangan teknologi digital dan superapp untuk memudahkan aktifitas di rumah, dan pemulihan mobilitas ini dapat dilakukan dengan pengadaan subsidi transportasi. Terakhir, kajian ini ditutup dengan sesi tanya jawab oleh para peserta kepada masing-masing pembicara terkait materi yang telah dipaparkan. [Humas PWK]