Webinar Purino SIG Bahas Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring Muka Bumi

Webinar Purino SIG Bahas Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring Muka Bumi

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Pusat Riset dan Inovasi Sains Informasi Geospasial (Purino SIG) ITERA menyelenggarakan webinar, membahas pemanfaatan penginderaan jauh aktif dalam rangka mengawasi perubahan-perubahan pada muka Bumi Indonesia, Rabu (2/9/2020). Dalam seminar juga dibahas mengenai media pengolahan data berbasis cloud computing yang semakin banyak digunakan dan dengan seiring perkembangan teknologi di bidang penginderaan jauh.

Indonesia, sebagai sebuah negara yang terletak di cincin api (ring of fire), mengalami perubahan/deformasi lebih sering dibanding dengan negara lainnya, karena aktifnya lempeng-lempeng tektonik yang ada di Indonesia.  Perubahan-perubahan pada muka bumi Indonesia ini dapat diawasi dan dikuantifikasi menggunakan berbagai teknik dan metode. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode penginderaan jauh aktif yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang disebut dengan sistem synthetic aperture radar (SAR).

SAR ini memancarkan dan menangkap kembali gelombang elektromagnetik yang dipantulkan dari permukaan Bumi secara mandiri, untuk nantinya dapat direkam perbedaan fase antara perekaman pertama dan kedua. Konsep ini secara khusus diberi nama Interferometry SAR (InSAR). Konsep InSAR ini dapat digunakan dalam rangka mengawasi naik atau turunnya permukaan Bumi Indonesia, sehingga tanpa harus melakukan pengawasan secara kontinu di sebuah tempat, seseorang dapat melakukan proses perhitungan dinamika permukaan Bumi di tempat tersebut dengan melakukan proses perhitungan dari dua citra satelit penginderaan jauh aktif yang diambil di waktu yang berbeda. Penggunaan konsep InSAR ini jamak digunakan dalam analisis dampak gempa, longsor dan erupsi gunung berapi.

Selain InSAR, dengan menggunakan data SAR yang lebih panjang waktu pengambilannya (lebih panjang skala temporalnya), seseorang dapat mengembangkan konsep InSAR menjadi sebuah konsep baru yaitu Persistent Scatterer Interferometry SAR (PS-InSAR). Penggunakan konsep ini masih belum banyak dipahami dan digunakan di Indonesia, oleh karena itu perlu diadakan pengenalan dan pemahaman mengenai konsep PS-InSAR tersebut. Ditambah lagi dengan mulai jamaknya penggunaan pengolah data citra satelit berbasis komputasi awan (cloud computing) yang juga dapat diaplikasikan dalam pengolahan data InSAR ini.

“Sejak 1993, konsep InSAR menjadi semakin banyak dikenali dan dipelajari oleh penggiat dan praktisi teknik geomatika di seluruh dunia, salah satunya adalah Indonesia. Mulai banyaknya satelit-satelit yang mengambil data penginderaan jauh aktif dengan cakupan global membuat peluang pengukuran dan pengolahan data di area Indonesia sangat memungkinkan.”

Seminar daring yang diikuti sebanyak 325 peserta tersebut menghadirkan narasumber Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Noorlaila Hayati dan Agustan, seorang Ahli Perekayasa Utama Geospasial dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dalam pelaksanaan webinar ini dimoderatori oleh Zulfikar Adlan Nadzir, Selaku Sekretaris Purino SIG ITERA.

Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Noorlaila Hayati menjelaskan mengenai konsep dasar penginderaan jauh, khususnya sistem aktif yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem pasif yang masih terpengaruh oleh cuaca. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa data penginderaan jauh sistem aktif dapat digunakan sebagai usaha dalam mengawasi pergerakan muka Bumi dengan konsep Interferometric SAR yang dimulai dari tahun 1993 oleh Massonet.

“Sejak 1993, konsep InSAR menjadi semakin banyak dikenali dan dipelajari oleh penggiat dan praktisi teknik geomatika di seluruh dunia, salah satunya adalah Indonesia. Mulai banyaknya satelit-satelit yang mengambil data penginderaan jauh aktif dengan cakupan global membuat peluang pengukuran dan pengolahan data di area Indonesia sangat memungkinkan,” tutur Noorlaila Hayati.

Trobosan PS-InSAR

Selain konsep InSAR, perkembangan teknologi dan pemahaman ilmu membuat adanya terobosan baru bernama PS-InSAR, yaitu sistem InSAR yang menggunakan satu pemantul yang sama terus menerus untuk mendapatkan hasil oengukuran yang lebih konsisten dan teliti. Sayangnya, dalam proses pengolahan data SAR dibutuhkan spek komputer yang tinggi dan multi-temporal.

Sementara, Ahli Perekayasa Utama Geospasial, Agustan, menjelaskan saat ini pemanfaatan pengolahan data berbasis cloud computing semakin banyak digunakan. Penggunaan Google Earth Engine (GEE) untuk menyediakan informasi spasial dari citra satelit merupakan salah satu contoh penggunaan cloud computing yang menyediakan data sekaligus fasilitas pengolahan data.

Pengguna tidak harus mengunduh data yang cukup besar sehingga dapat menghemat waktu pengunduhan dan kapasitas penyimapanan. Pengolahan data juga dilakukan di server sehingga pengguna tidak harus memiliki perangkat dengan spesifikasi tinggi dan tidak perlu memasang perangkat lunak pengolahan data citra. “GEE cukup diakses melalui browser dan hanya memerlukan koneksi internet yang stabil untuk memadai transportasi data,” ujar Agustan.

Lebih lanjut, Agustan, menyebut bahwa penggunaan cloud computing di dunia SAR masihlah belum banyak, tetapi ada beberapa alternatif seperti AWS, Google Earth Engine, ONDA-DIAS, ESA-TEP dan COMET.

Purino SIG ITERA secara umum perlu memantapkan diri dalam menjawab kebutuhan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang informasi geospasial salah satunya yang berkaitan dengan pengolahan data menggunakan cloud computing. [Humas]