ITERA NEWS. Program Studi Farmasi Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan studium generale secara dalam jaringan (daring) tentang Pemanfaatan bahan alam dalam sediaan farmasi, Selasa (11/8/2020). Kegiatan yang diadakan melalui sambungan Zoom, tersebut diikuti lebih dari empat ratus peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pelajar, akademisi hingga praktisi kefarmasian dari Lampung dan berbagai daerah di Indonesia.
Studium generale ini mendatangkan tiga narasumber ahli yaitu Supervisor Transfer Produk dan Teknologi PT. Kimia Farma Tbk. Plant Banjaran, apt. Nonny Annisa Siti Anggraeni, S. Farm, perwakilam dari Research and Development Formulator PT. Paragon Technology and Innovation apt. Nurani Istiqomah, S.Farm dan Kepala Bidang Pengujian BBPOM Lampung, apt. Dra. Masruroh.
Ketua Jurusan Sains ITERA Prof. Dr. Leo Hari Wiryanto., dalam sambutannya menyampaikan bahwa penggunaan bahan herbal atau bahan alami sangat populer di kalangan masyarakat saat ini dan telah merambah ke dunia kesehatan. Diadakannya kegiatan studium generale ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat luas mengenai pengembangan sediaan farmasi berbahan dasar herbal.
Sementara dalam pemateri pertama apt. Nonny Annisa Siti Anggraeni, S. Farm. menyampaikan bahwa antusiasme masyarakat Indonesia terhadap obat herbal kini, makin meningkat. Seiring dengan peningkatan minat, maka variasi suplemen kesehatan berbahan alam semakin populer. “Munculnya produk-produk farmasi bahan alam ini tentunya harus memenuhi persyaratan cara pembuatan obat tradisional yang baik,” ujar Nonny.
Dalam kesempatan tersebut, Nonny juga menjelaskan mengenai alur pengembangan obat tradisional dan suplemen kesehatan. Pendekatan sistematik dalam pengembangan obat perlu dilakukan dengan menekankan kontrol proses dan quality risk management melalui quality target product profile (QTPP), critical quality attributes (CQA) dan critical parameter process (CPP).
“Banyak peluang dan tantangan yang harus digali lebih lanjut oleh para peneliti dalam pengembangan kosmetik bahan alam ini, contohnya Indonesia yang begitu kaya akan hasil alamnya namun belum banyak data yang mendukung mengenai pengembangan hasil alam tersebut.”
Sejalan dengan yang disampaikan pemateri pertama, apt. Nurani Istiqomah, S.Farm dari Research and Development Formulator PT. Paragon Technology and Innovation menyampaikan bahwa sediaan kosmetik bahan alam kian hari kian digandrungi di Indonesia. Banyak bahan alam yang kini digunakan dalam pengembangan kosmetik yaitu bahan alam, derivat bahan alam, mineral alam, derivat mineral alam, bahan organik, derivat bahan organik dan air.
“Banyak peluang dan tantangan yang harus digali lebih lanjut oleh para peneliti dalam pengembangan kosmetik bahan alam ini, contohnya Indonesia yang begitu kaya akan hasil alamnya namun belum banyak data yang mendukung mengenai pengembangan hasil alam tersebut,”ujar Nurani.
Integrasi Penelitian
Nurani menyebut, Indonesia memiliki banyak institusi penelitian, universitas, dan industri kosmetik, namun teknologi yang dimiliki belum begitu berkembang. Untuk itu dibutuhkan integrasi fokus penelitian antara industri dan lembaga penelitian yang didukung oleh pemerintah.
Kepala Bidang Pengujian BBPOM Lampung, apt. Dra. Masruroh menyampaikan materi pengujian dan pemastian mutu sediaan farmasi yang mengandung bahan alam. Dalam penjelasannya Ia memaparkan persyaratan keamanan, mutu, izin edar, parameter pengujian sediaan farmasi tradisional. Masyarakat juga diminta untuk waspada mengenai bahaya obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO).
Untuk memerangi obat tradisional dan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, maka BPOM melakukan pengawasan premarket dan postmarket terhadap produk. Ia juga menghimbau agar masyarakat cerdas dan turut serta dalam memastikan keamanan produk dengan menggunakan aplikasi Cek BPOM. “Sebagai konsumen yang pandai, jangan lupa Cek Klik yaitu cek kemasannya, cek labelnya, cek izin edarnya, dan cek kadaluwarsanya,” ujar Masruroh. [Humas]