ITERA NEWS. Institut Teknologi Sumatera (Itera) melalui Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) di bawah LPPM Itera, menyelenggarakan Seminar Nasional Kebencanaan dengan tema “Peran Edukasi dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Gempa Megathrust.” Acara ini digelar pada Rabu, 30 Oktober 2024, di Aula Gedung Kuliah Umum 2 Itera, dengan menghadirkan tiga pakar sebagai narasumber.
Dr. Zulfakriza, S.Si., M.T., Dosen Teknik Geofisika ITB yang juga Sekretaris Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB, Ir. Harkunti P. Rahayu, Ph.D., Kepala Pusat Mitigasi Gempa dan Tsunami Sumatera ITERA, serta Agung Setiadi, S.T., MTI, PMG Madya dari BMKG Stasiun Geofisika Lampung Utara, memberikan pemaparan terkait upaya mitigasi bencana gempa megathrust yang berpotensi memicu tsunami.
Seminar yang dihadiri lebih dari 400 peserta ini terdiri dari instansi terkait di Provinsi Lampung, mahasiswa, dan dosen Itera. Kepala Pusat MKG ITERA, Drs. Zadrach L. Dupe, M.Si., dalam sambutannya mengapresiasi antusiasme peserta dan berharap seminar ini dapat memperdalam pemahaman masyarakat tentang potensi gempa megathrust, penyebab, dampak, dan langkah mitigasi yang perlu dipersiapkan.
Ir. Harkunti P. Rahayu, Ph.D., memaparkan perkembangan Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS), sebuah sistem peringatan dini yang dibuat setelah tragedi gempa dan tsunami Aceh untuk memantau potensi tsunami.
Rektor Itera, Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, secara resmi membuka seminar dan menekankan pentingnya edukasi terkait ancaman gempa megathrust, terutama bagi mahasiswa yang diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. “Mahasiswa Itera dapat menjadi agen edukasi untuk menyampaikan informasi tentang gempa megathrust sehingga mampu membantu mengantisipasi risiko dan meminimalisir korban jiwa,” ungkap Prof. Nyoman.
Dr. Zulfakriza menjelaskan fenomena megathrust, yang sering menjadi perbincangan di internet dalam beberapa minggu terakhir. Ia menekankan bahwa istilah “megathrust” merujuk pada gempa besar dengan mekanisme dorongan yang berpotensi memicu tsunami akibat tekanan antara dua lempeng tektonik yang bertemu.
Pada sesi berikutnya, Ir. Harkunti P. Rahayu, Ph.D., memaparkan perkembangan Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS), sebuah sistem peringatan dini yang dibuat setelah tragedi gempa dan tsunami Aceh untuk memantau potensi tsunami. “INATEWS berperan penting dalam mendeteksi dan memberikan peringatan cepat kepada masyarakat terkait ancaman tsunami,” ujarnya.
Agung Setiadi, S.T., MTI, menambahkan bahwa Provinsi Lampung memiliki 18 titik monitoring INATEWS untuk menyuplai data secara real-time dan akurat, yang mendukung kesiapsiagaan masyarakat terhadap gempa megathrust di wilayah ini.
Penulis : Billy Christio Nathanael