Prodi Teknik Biosistem ITERA Bahas Teknologi Inovatif Pengolahan Kopi
[:id]Ilustrasi[:]

Prodi Teknik Biosistem ITERA Bahas Teknologi Inovatif Pengolahan Kopi

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Teknik Biosistem Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan studium generale secara daring bertajuk Teknologi inovatif pasca panen kopi, Rabu (21/10/2020). Studium general ini dilakukan karena, kopi merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan Indonesia menjadi salah satu penghasil kopi berkualitas di dunia. Tingginya permintaan kopi di seluruh dunia, mengharuskan penggunaan teknologi pascapanen yang baik. Hal tersebut menjadi salah satu bagian dari kajian yang dilakukan Prodi Teknik Biosistem ITERA.

Studium generale yang menghadirkan Peneliti di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Kementerian Pertanian Dr. Ir. Samsudin, M.Si, sebagai narasumber tersebut diikuti oleh dosen, dan akademisi lintas universitas di Indonesia, praktisi hingga mahasiswa. Kepada peserta studium generale, Dr. Ir. Samsudin, M.Si, menyampaikan solusi bagaimana pengolahan kopi yang tepat, terutama untuk jenis kopi robusta dan arabika. Ia menyebut, sebagai produk pertanian yang mengandalkan aspek kualitas citarasa, sehingga sasaran akhir budidaya kopi adalah produk biji yang berkualitas tinggi. Selain harus selektif dalam pemilihan buah yang akan dipanen, petani juga harus memperhatikan bagaimana penanganan pasca panen, mulai dari pengolahan basah, semi-basah, dan kering.“Penerapan penanganan kopi setelah panen yang baik dan tepat dapat meningkatkan mutu kualitas biji kopi,” ujar Dr. Samsudin.

“Dalam produksi kopi, standarisasi mutu biji kopi menjadi hal yang penting, dimana secara umum ditentukan atas dasar tingkat kekeringan dan tingkat kontaminasi, sedangkan secara khusus ditentukan berdasarkan ukuran biji, jumlah keping biji dan sistem nilai cacat biji kopi.”

Penanganan kopi setelah panen dilakukan mulai dari sortasi untuk memisahkan buah sehat dan masak dari buah inferior, terserang hama penyakit, dan memisahkan dari kotoran serta benda asing lainnya. Selain itu, panenganan juga dilakukan saat pengupasan kulit buah kopi dengan mesin, hingga fermentasi kopi dengan memperhatikan beberapa aspek, seperti waktu fermentasi, dan dilanjutkan ke tahap pencucian dan pengeringan.

“Dalam produksi kopi, standarisasi mutu biji kopi menjadi hal yang penting, dimana secara umum ditentukan atas dasar tingkat kekeringan dan tingkat kontaminasi, sedangkan secara khusus ditentukan berdasarkan ukuran biji, jumlah keping biji dan sistem nilai cacat biji kopi,” terang Samsudin.

Dr.Samsudin juga menambahkan bahwa teknologi inovatif  yang diterapkan untuk kopi dapat dimulai pada tahap pengolahan biji kopi setelah mendapatkan perlakuan pasca panen, seperti penyangraian (roasting) dan pembubukan (grinding). Seni dalam roasting dan grinding dapat disesuaikan oleh konsumen sebagai penikmat kopi.

Saat ini milenial ikut andil dalam melestarikan kopi dari proses hulu sampai hilir. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kopi terus digalakkan. Dengan demikian diharapkan kopi tetap menjadi komoditi unggulan. [Humas]