Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA Kaji Quasi-Satellite dan Evolusi Orbitnya

Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA Kaji Quasi-Satellite dan Evolusi Orbitnya

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) ITERA melakukan pembahasan dan pengkajian seputar Quasi-Satellite dan Evolusi Orbitnya, melalui webinar, yang digelar 24 Maret 2022. Kegiatan ini menghadirkan narasumber mahasiswa Pascasarjana Astronomi ITB M. Rezky, S.Si., dan dipandu oleh Dosen SAP ITERA Achmad Zainur Rozzykin, S.Si., M.Si.

Ketua Jurusan Sains ITERA, Prof. Dr. Leo Hari Wiryanto, M.S. dalam pembukaan menyampaikan rasa terima kasih kepada narasumber yang telah membagikan ilmu kepada mahasiswa dan dosen Program Studi Sains dan Keplanetan.

Dalam pemaparannya, Rezky memaparkan jumlah asteroid yang telah terdeteksi dan terdaftar. Dari seluruh asteroid tersebut, terdapat asteroid dekat bumi (Near Earth Object) dan objek yang berpotensi membahayakan Bumi (Potentially Hazardous Object). Menurut Rezky, pengetahuan mengenai orbit asteroid memiliki banyak fungsi, dari melakukan prediksi fenomena astronomi lain maupun menakar peluang pengamatan in situ maupun penambangan.

Rezky menjelaskan tentang satelit co-orbital, asteroid yang mengalami resonansi gerak rerata dengan Bumi, memiliki sumbu semi mayor mengelilingi Matahari yang mirip dengan Bumi, hanya dengan eksentrisitas yang besar. Dari asteroid dekat Bumi, Rezky menjelaskan mengenai Asteroid 469219 Kamo’oalewa yang merupakan salah satu quasi-satellite yang terkecil, terdekat, dan terstabil dan memiliki komposisi yang mirip dengan komposisi permukaan Bulan.

“Menurut Rezky, pengetahuan mengenai orbit asteroid memiliki banyak fungsi, dari melakukan prediksi fenomena astronomi lain maupun menakar peluang pengamatan in situ maupun penambangan.”

Selain itu, turut dijelaskan, variabel-variabel yang telah ditemukan dengan pengamatan untuk dapat melakukan simulasi dengan Rebound dan integrator adaptif IAS15 untuk mendapatkan evolusi orbit quasi-satellite dari fase orbit horseshoe, tadpole, quasi-satellite, dan trisectrix, berdasarkan sudut librasi asteroid tersebut. Asteroid 469219 Kamo’oalewa yang digunakan menjadi contoh menurut simulasi  gravitasi dengan melibatkan Matahari, planet di tata surya, dan Bulan akan keluar dari fase quasi-satellite pada ~ 126 ribu tahun ke depan.

Rezky menekankan bahwa pengetahuan mengenai quasi-satellite sangat berguna karena letaknya yang saat ini cukup dekat Bumi sehingga menjadikannya lebih prospektif untuk penelitian asteroid secara in situ alih-alih fly by yang selama ini banyak dilakukan. Mengambil citra asteroid langsung dari permukaannya tentu akan memberikan informasi yang lebih mendetail dibandingkan hanya memotret sembari melintas saja. Setelah penjelasan beliau, sesi tanya jawab berlangsung dengan pertanyaan-pertanyaan yang antusias diberikan oleh peserta, termasuk cara menentukan informasi intrinsik, apakah ada kemungkinan satelit buatan dapat menjadi quasi-satellite, penggunaan variabel dummy untuk akurasi pemodelan, dan sebagainya.

Webinar diakhiri dengan kata penutup dari Dr. Deni Okta Lestari, S.Si. selaku Sekretaris Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan yang menyemangati mahasiswa yang berminat untuk berkontribusi dalam sains keplanetan melalui komputasi untuk menjadi tulang punggung perencanaan pengamatan. (Rilis/Humas)