Kembangkan Devais Nanoelektronik Mahasiswa Teknik Elektro ITERA Ikuti Mobility Program di Malaysia

Kembangkan Devais Nanoelektronik Mahasiswa Teknik Elektro ITERA Ikuti Mobility Program di Malaysia

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Natasya Salsabiila, berkesempatan mengikuti mobility program yang diadakan oleh Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Malaysia. Adapun program ini berlangsung pada 20 Juni – 18 Juli secara luring di Sensor Devices Research Laboratory, Microelectronics and Nanotechnology – Shamsuddin Research Centre (MiNT-SRC) dan 19 Juli – 20 Agustus secara daring.

MiNT-SRC merupakan pusat riset yang dimiliki oleh UTHM dan terdiri dari beberapa laboratorium, seperti Sensor Devices, Biomedical Optics, Bioartificial Organ and Physiome Simulation, Bioelectronic and Intrumentation, VLSI Architecture and System Design, Nanolithography, Solar Device, Inorganic Thin Film Materials, dan System on Chip and TCAD.

Dalam melakukan kegiatan riset, mahasiswa angkatan 2019 tersebut dibimbing oleh dosen Teknik Elektro ITERA Dr. Suratun Nafisah, S.Si., M.Sc. dan principle researcher MiNT-SRC Dr. Marlia Binti Morsin. Ia menuturkan bahwa anggota lain dalam riset tersebut terdiri atas dua mahasiswa S1 asal UTHM yaitu Muhammad Hanif bin Hasbullah dan Anwar bin Abdul Alip serta dua mahasiswa S2 asal Universitas Riau (UNRI) yaitu Nashiha Chalvi Syahra, S.Si. dan Muhammad Asnawir Nasution, S.Si.

Adapun topik dalam riset yang dilakukan adalah pengembangan sensor optik berbasis nanomaterial dan Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) yang merupakan devais nanoelektronik. Lebih lanjut, program yang tengah ia ikuti ini akan dikonversi menjadi Kerja Praktik (KP) dan project Tugas Akhir.

“Awalnya sempat merasakan culture shock karena perbedaan jam antara Indonesia dan Malaysia. Ketika di Indonesia masih pukul 6 pagi, di Malaysia sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Jadi, walaupun langit masih gelap dan udara masih dingin khas fajar, harus tetap berangkat ke laboratorium,” tutur Natasya.

Selain dapat mengoperasikan instrumen yang belum ada di kampus, hal lain yang dapat dipelajari adalah tentang kerja sama tim. Hal ini karena anggota tim riset terdiri atas mahasiswa S1 dan S2 yang berbeda daerah, bahasa, negara, dan pola pikir. Hal lainnya adalah tentang disiplin dan manajemen waktu terkait tahapan-tahapan riset yang dilakukan.

Selain dapat mengoperasikan instrumen yang belum ada di kampus, hal lain yang dapat dipelajari adalah tentang kerja sama tim. Hal ini karena anggota tim riset terdiri atas mahasiswa S1 dan S2 yang berbeda daerah, bahasa, negara, dan pola pikir

“Tantangan selama mengikuti program ini adalah bahasa. Walaupun Indonesia dan Malaysia satu rumpun, tetap ada kosakata-kosakata yang asing dan sukar untuk dipahami. Jadi, jalan tengahnya adalah dikombinasikan dengan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari,” ucapnya.

Dr. Suratun mengungkapkan bahwa program ini merupakan salah satu wujud kerja sama yang terjalin antara ITERA dan UTHM dalam bidang pendidikan dan penelitian. Lebih lanjut, ia menyebut bahwa melalui program ini, dapat membantu tercapainya beberapa indikator dalam Indikator Kerja Utama (IKU).

“Besar harapan saya agar program ini dapat terus berlangsung dan semakin banyak mahasiswa yang tertarik dengan kegiatan riset nanoteknologi seperti ini.” ucapnya.

Sementara itu, Dr. Marlia turut mengungkapkan bahwa Mobility Program ini dapat membentuk kerja sama yang baik antara ITERA dan UTHM dalam segi riset, melalui peningkatan sumber daya, fasilitas, dan keahlian. Lebih lanjut, dengan adanya program ini dapat menjadi ajang sharing lesson terkait riset yang tengah dikembangkan oleh masing-masing perguruan tinggi.

“Saya harap program ini dilanjutkan dengan beberapa pengembangan output seperti penerbitan jurnal berimpak tinggi, hibah kerja sama internasional, dan sharing keahlian akademik.” pungkasnya. (Rilis/Humas)