ITERA NEWS. Dosen Mata Kuliah Umum Agama dan Etika Islam Institut Teknologi Sumatera (Itera) M. Luqmanul Hakim Habibie SQ M.Pd.I., menjadi salah satu peserta kegiatan training of trainer (TOT) Pencegahan Ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme di perguruan tinggi gelombang ke-3 Tahun 2024, yang diselenggarakan Direktorat Jendral Sumber Daya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Jakarta, 6 – 10 Agustus 2024, dengan peserta para dosen pengampu mata kuliah agama, dan mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan dari berbagai kampus di Indonesia.
Luqmanul Hakim menyampaikan, dalam kegiatan tersebut, para peserta mendapatkan penguatan ideologi Pancasila dan penguatan materi tentang pencegahan aksi-aksi kekerasan ekstremisme maupun aksi-aksi terorisme. Dalam kegiatan tersebut, Kemdikbudristek berkerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 Antiteror.
“Dari kegiatan ini, para dosen diharapkan bisa menjadi duta-duta pencegahan ekstremisme maupun terorisme, dan mampu menangkal paham-paham radikalisme di lingkungan kampus,” ujar Luqmanul Hakim.
Dari kegiatan ini, para dosen diharapkan bisa menjadi duta-duta pencegahan ekstremisme maupun terorisme, dan mampu menangkal paham-paham radikalisme di lingkungan kampus
Selain itu, para dosen yang terlibat dalam kegiatan ini diharapkan bisa memberikan edukasi ke masyarakat maupun ke sivitas akademika dengan membuat berbagai macam program deradikalisasi. Deradikalisasi adalah program yang bertujuan untuk menetralkan pemikiran-pemikiran bagi mereka yang sudah terpapar dengan radikalisme, dan paham intoleran yang bertentangan dengan nilai-nilai konsensus bangsa Indonesia.
Luqmanul Hakim menambahkan, dalam kegiatan tersebut, para peserta mendapatkan materi langsung dari Direktur BNPT, akademisi Universitas Indonesia yang juga pakar kajian terorisme, Direktur Pencegahan Densus 88. Turut dihadirkan mantan narapidana terorisme yang menyampaikan awal mereka terjangkit virus radikalisme, yang salah satunya adalah pemahaman yang eksklusif tentang agama, dan cara pandang agama yang dipelintir. (Rilis/Humas)