DoBel Creative Talk ITERA Bahas Inovasi Institusi Saat Bencana

DoBel Creative Talk ITERA Bahas Inovasi Institusi Saat Bencana

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. ITERA Internasional mengadakan #DoBelCreativeTalk sebagai bagian dari ITERA Webinar Series kali ini bertemakan “Membangun Ketangguhan Institusi terhadap Bencana melalui Inovasi” (22/7).  Acara menghadirkan dua pemateri yakni Mizan B.F. Bisri, Ph.D dari Kobe University sekaligus pendiri CARI (Cerdas Antisipasi Resiko Indonesia) dan M. Bobby Rahman,S.T, M.Si sebagai dosen ITERA sekaligus kandidat doktoral di Ku Leuven, Belgia.

Acep Purqon, Ph.D, selaku Direktur IIO dalam sambutannya menyampaikan bahwa keilmuan masa kini adalah multi-disiplin sebagai keilmuan yang melibatkan berbagai lintas ilmu. Acep mengharapkan bahwa kegiatan ini tidak hanya berhenti di sebuah acara melainkan untuk memiliki tindak lanjut. Acep lanjut menjelaskan terkait dengan potensi bencana di Indonesia yang sangat banyak. Acep juga mengajak peserta unutk tidak serta merta marah kepada alam, tidak paranoid namun mencari solusi agar keharmonian tercipta antara manusia dan alam.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan presentasi oleh Mizan F. Bisri yang menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi kebijakan institusi melalui penelitian-penelitian vital. Salah satunya CARI. Sebuah sistem yang tampak seperti kombinasi Googlr Scholar dan Google Map khusus kebencanan. Peneliti dapat mengakses di daerah tertentu, penelitian kebencanaan apa yang telah masuk ke area tersebut. Disisi lain, pemerintah daerah juga dapat menjadikan penelitian tersebut sebagau landasan bagi kebijakan konkrit baik recovery maupun tindakan preventif.

“Penting bagi anak-anak untuk mengetahui resiko bencana, bisa menyelamatkan diri mereka dan pada jenjang lebih lanjut dapat menolong sesamanya. Pelajaran dasar ini teraplikasikan menyeluruh dan fundamental disana.” ungkap Mizan.

Mizan juga menambahkan bahwa Indonesia dan Jepang memiliki profil resiko bencana yang hampir sama namun beda di mindset. Salah satu contohnya bencana di Jepang telah membuat sistem budaya pendidikan pada jenjang sekolah dasar berubah.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh M. Bobby Rahman yang menyebutkan bahwa peneliti di Jepang penasaran dengan optimisme masyarakat, terkhusus dalam penelitiannya yang disini adalah korban pasca erupsi 2010. Bobby menyatakan bahwa inovasi ternyata tidak hanya berkutat pada solusi teknokratis melainkan inovasi sosial. Bobby juga menjelaskan terdapat faktor pertimbangan respon budaya masyarakat terhadap bencana. Usaha diperlukan untuk merangkul dan mencari alternatif solusi terkait masyarakat setempat selain daripada pengurangan resiko bencana yang berorientasi teknis. (Rilis/Humas)