Perkuliahan Daring ITERA Selama Masa Tanggap Darurat Covid-19 Berjalan Efektif
[:id]Asian college student working on laptop when sitting outdoors[:]

Perkuliahan Daring ITERA Selama Masa Tanggap Darurat Covid-19 Berjalan Efektif

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Perkuliahan dalam jaringan (daring) yang diterapkan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) selama masa tanggap darurat Corona Virus Disease (Covid-19) yakni sejak 18 Maret – 29 Mei mendatang, berjalan efektif. Mahasiswa dan dosen saling terkoneksi melalui sistem kuliah.itera.ac.id dan berbagai aplikasi pendukung. Mulai  Senin (23/3/2020), mahasiswa ITERA juga menjalani Ujian Tengah Semester (UTS) secara online.

Salah satu mahasiswa ITERA dari Program Studi Teknik Lingkungan, Fitria Alya Sari menyebut sistem perkuliahan daring sebenarnya bukan hal baru bagi dirinya, dan mahasiswa Itera lainnya. Sebab selama ini, beberapa mata kuliah sudah diterapkan secara daring oleh dosen sebagai bentuk penyesuaian terhadap perkembangan teknologi. Sehingga belajar dengan metode daring dalam situasi tanggap darurat Covid-19 saat ini, dapat diikuti mahasiswa dengan baik, sebagai ganti perkuliahan tatap muka. “Kemudahan dari kuliah daring ini adalah kita bisa belajar atau mengerjakan tugas dan soal ujian tengah semester (UTS) dimana pun kita berada dan bebas open akses,” ujar Alya.

Meski awalnya merasa cemas dengan pengeluaran untuk membeli kuota, namun Alya mengaku sangat terbantu dengan program promosi dan kerjasama Itera dengan provider internet yang memberikan akses geratis untuk mengakses laman kuliah.itera.ac.id, meski ada batas maksimal. “Sampai saat ini akses internet ke sistem belajar daring ITERA lancar dan stabil, mudah-mudahan ke depan akan banyak dukungan dari provider lain juga,” ungkap mahasiswi yang juga Duta Kampus ITERA itu.

Alya juga membagikan pengalaman menjalani UTS dengan daring, yang ternyata menurut dia membuat mahasiswa perlu teliti dan disiplin, seperti harus mengisi presensi tepat waktu menggunakan barcode khusus, login ke aplikasi seperti google classroom, foto scan jawaban UTS lalu di upload file. “Memang tidak semudah saat UTS di kelas atau tatap muka, tetapi sebagai bagian dari kemajuan teknologi ini jadi kesempatan belajar bagi kami juga,” ungkap Alya.

“Memang tidak semudah saat UTS di kelas atau tatap muka, tetapi sebagai bagian dari kemajuan teknologi ini jadi kesempatan belajar bagi kami juga.”

Terpisah, dosen Program Studi Fisika ITERA Rahmat Nawi Siregar, S.Pd. M.Sc. menyampaikan pelaksanaan kuliah daring sudah berjalan efektif sejak Rektor mengeluarkan edaran pencegahan Covid-19 di Itera. Pelaksanaan kuliah daring menurut Rahmat Nawi selain memanfaatkan sistem kuliah daring kuliah.ITERA.ac.id, para dosen juga memanfaatkan berbagai aplikasi gratis yang mudah diakses mahasiswa seperti YouTube, Google Classroom, dan lainnya. “Kuliah daring sudah dilaksanakan seperti dengan YouTube. Dosen mengunggah video maksimal 3 video dengan durasi maksimal 20 menit setiap videonya. Video tersebut dijadwalkan tayang sesuai jam kuliah. Dan untuk memastikan mahasiswa ikut menonton mereka wajib absen via live chat yang disediakan saat perkuliahan berlangsung,” ujar Rahmat Nawi.

Setelah menonton video, mahasiswa juga diminta mengumpulkan catatan dan dikirimkan melalui aplikasi kuliah.ITERA.ac.id sebagai bukti yang bersangkutan mengikuti kuliah. Mahasiswa yang melewati tenggat upload catatan, maka akan dinyatakan tidak mengikuti perkuliahan, sehingga mahasiswa tetap harus disiplin, dan dosen perlu kreatif. “Jadi meski kuliah daring, mahasiswa juga perlu disiplin, karena kalau sistemnya sudah tertutup seperti dalam UTS mahasiswa tidak bisa mengakses soal,” ujar Rahmat Nawi.

Tanggap Perubahan

Pada pelaksanaan UTS daring, kualitas  soal juga sudah dibuat sedemikian rupa sehingga meski mahasiswa dapat membuka buku atau catatan mereka tetap harus benar-benar memahami konsepnya. “Soalnya tidak bisa diselesaikan hanya dengan melihat buku karena butuh analisa mendalam. Jadi di fisika, sekalipu  kt melihat buku, kita akan kesulitan mengerjakan soal jika tidak faham konsepnya,” tambah Rahmat Nawi. Rahmat Nawi berharap, selain menjadi bagian dari pencegahan penyebaran Covid-19, kuliah daring bisa membuat perguruan tinggi lebih tanggap dengan perubahan.

Hal yang sama disampaikan oleh dosen Program Studi Gemoatika ITERA, Zulfikar Adlan Nadzir, S.T., M.Sc. Zulfikar menyebut perkuliahan daring di prodinya sudah berjalan efektif dan dapat diikuti oleh semua mahasiswa.

“Secara umum, Prodi Teknik Geomatika sudah menggunakan sarana daring sebagai komplemen dari perkuliahan, termasuk dalam kuis, kehadiran, tugas, share materi dan pemberian nilai. Jadi, ketika kondisi darurat ini mengharuskan untuk kuliah daring, kami siap menghadapinya, sehingga selama pelaksanaan UTS dan perkuliahan semua berjalan lancar,” ujar Zulfikar.

Zulfikar menambahkan, di Prodi Teknik Geomatika, semua mata kuliah sudah menggunakan metode daring sebagai pelengkap perkuliahan. Hal-hal yang tidak bisa dilakukan secara daring, seperti praktikum dengan alat, tetap dilakukan dengan alat sederhana yang digunakan oleh mahasiswa di rumah masing masing.

Bagi Zulfikar, tantangan perkuliahan daring pertama adalah mengenal dan menguasai sistem pemberian materi. Dari yang jarang membagi slides ke mahasiswa jadi bisa membagi slides sebelum kuliah. Selain itu, tantangan lain adalah berbicara di depan kamera. Pengajar lebih terbiasa mengajar secara tatap muka dan mendalami masing masing muka dari mahasiswanya. Dengan daring, hal tersebut jadi hilang. Ditambah lagi, perihal tugas dan penilaian. “Intinya, kesulitan itu pasti ada, tetapi semuanya seru dan menantang, membuat kita sebagai pengajar keluar dari zona nyaman dan lebih relatable ke mahasiswa,” ujar Zulfikar.

“Intinya, kesulitan itu pasti ada, tetapi semuanya seru dan menantang, membuat kita sebagai pengajar keluar dari zona nyaman dan lebih relatable ke mahasiswa.”

Zulfikar menambahkan secara umum, infrastruktur dari kuliah daring di setiap kampus perlu dibenahi agar bisa all-Indonesian system, tidak bergantung pada sistem dari luar negeri. Selain itu, pemahaman mahasiswa, wali mahasiswa dan masyarakat umum mengenai kuliah daring harus diubah, dari yang berorientasi menerima materi menjadi aktif mencari materi sambil mendengarkan dan menyimak penjelasan. Karena setelah Dosen menjelaskan, mahasiswa punya kesempatan untuk akses buku terbesar di dunia, yaitu internet, untuk mendapatkan dan mengonfirmasi ilmu yang baru saja mereka dapatkan.

“Kami selaku pribadi dan mewakili institusi berharap dan terus berdo’a agar Indonesia dapat melewati kondisi krisis ini dengan baik, saling bahu-membahu satu sama lain agar kurva itu jadi lebih landai dan seluruh Indonesia dalam naungan rahmat Tuhan YME,” pungkas Zulfikar. [Humas]