Pengamatan Gerhana Matahari di ITERA Ajang Edukasi Masyarakat

Pengamatan Gerhana Matahari di ITERA Ajang Edukasi Masyarakat

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Pengamatan fenomena alam gerhana matahari sebagian yang dilakukan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) menjadi ajang edukasi masyarakat tentang dunia astronomi. Pengamatan yang dilakukan di pelataran Gedung A Kampus ITERA, Kamis (26/12/2019) berlangsung lancar karena cuaca sangat mendukung. Masyarakat yang hadir antusias mengamati setiap fase gerhana dengan jelas menggunakan tujuh unit teleskop ataupun kacamata gerhana yang disediakan panitia.

Proses gerhana matahari sebagian diawali dengan kontak pertama kali bulan mulai menutupi matahahari pada pukul 10.27 hingga puncaknya terjadi pada pukul 12.30.Di fase puncak, pengunjung dapat menyaksikan bentuk matahari yang menyerupai sabit. Hal ini terjadi karena gerhana matahari sebagian yang dapat teramati dari Provinsi Lampung hanya 75%. Lokasi Lampung yang memiliki lintang 5 derajat di bawah horizon membuat kenampakan gerhana matahari tidak bisa 100% atau menyerupai cincin.

Sekretaris OAIL Robiatul Muztaba, S.Si., M.Si. atau akrab disapa Aji menyebut, fenomena ini sangat penting untuk diamati dan menjadi ajang pembelajaran sains dan astronomi kepada masyarakat luas. Sehingga sebelum melakukan pengamatan UPT OAIL juga mengadakan kuliah umum membahas gerhana matahari.

“Fenomena gerhana sebenarnya terjadi dua kali dalam setahun, akan tetapi ini jadi sangat langka karena baru bisa diamati dari lokasi yang sama setelah 54 tahun kemudian,” ujar Aji yang juga Dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA itu.

“Fenomena gerhana sebenarnya terjadi dua kali dalam setahun, akan tetapi ini jadi sangat langka karena baru bisa diamati dari lokasi yang sama setelah 54 tahun kemudian.”

54 tahun tersebut merupakan perhitungan menggunakan Siklus Saros adalah siklus gerhana yang lamanya 18 tahun untuk satu siklus. Untuk dapat terjadi gerhana dilokasi yang sama, membutuhkan 3 kali siklus sharos atau 54 tahun.

Aji menyebut, gerhana matahari cincin 100% dapat diamati dari beberapa kota di Indonesia, diantaranya di Kepulauan Riau, Sibolga, Sumatera Utara, dan Singkawang, Kalimantan Barat. Meski hanya dapat mengamati 75% gerhana matahari cincin, menurut Aji, kesempatan ini juga tetap dimanfaatkan oleh ITERA terutama OAIL dan Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA untuk melakukan perekaman, dan penelitian.

Teliti Unsur Matahari

Setelah melakukan perekaman, OAIL akan membuat siklus mulai dari pertama kali kontak, hingga akhir, kemudian akan melaukukan penelitian untuk mengamati komposisi unsur kimiawi dari matahari.

“Adanya fenomena ini membuat kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengamatan dan meneliti kompisis unsur kimiawi dari matahari dengan menggunakan alat spektroskopis. Kalau tidak ada penutupnya sangat sulit mengamati unsur penyususn matahari karena cahayanya yang terang,”ujar Aji.

Selain itu juga fenomena gerhana matahari ini akan menjadi kajian para mahasiswa Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan yang merupakan satu-satunya di Indonesia.

Selain masyarakat pengamatan gerhana matahari di ITERA juga mengundang berbagai media massa baik cetak, televisi dan daring baik lokal maupun nasional melakukan peliputan guna menyebarluaskan pembelajaran astronomi ini kepada masyarakat luas. [Humas]