ITERA NEWS. ITERA International Office (IIO) menyelenggarakan webinar bertajuk Peluang dan tantangan kerja sama internasional untuk solusi Sumatera melalui teknologi serat optik dan sains data menuju smart city dan pertumbuhan ekonomi baru, Kamis (16/7/2020). Dalam webinar tersebut dibahas tentang serat optik sebagai infrastruktur penting dalam industri 4.0. Selain itu, big data pun sangat tergantung dengan serat optik.
Webinar ini mengundang enam pemateri dari berbagai latarbelakang yakni Direktur IIO Acep Purqon,Ph.D, CEO Smart Solution Drees Andriyanto M.S.Si, Assoc. Prof. Syamsuri Yaakob dari University Putra Malaysia (UPM), serta Beni Saputra, Romli Mohamad dan Dr. Eng. Indra Chandra mewakili akademisi, pemerintahan, dan sektor swasta. Dengan pemateri yang beragam, webinar ini menarik ratusan peserta.
Direktur IIO, Dr Acep dalam materinya menyampaikan, pemanfaatan serat optik dan sains data yang optimal juga dapat mempengaruhi percepatan pertumbuhan ekonomi baru khususnya Indonesia dalam triangle growth countries; Indonesia, Malaysia dan Thailand. Ia menambahkan, kondisi pandemi covid-19 saat ini, mendorong peningkatan kebutuhan infrastruktur teknologi untuk pendidikan khususnya di Sumatera.
Sementara Drees Andriyanto selaku praktisi IT CEO Smart Solution, memaparkan bahwa saat ini SDM untuk teknisi di bidang serat optik sudah banyak, namun untuk peneliti bidang tersebut masih harus digali lagi. Selain itu, potensi serat optik sangat luas, khususnya terkait dengan paten.
Perwakilan pemerintahan kota Bekasi, Jawa Barat, Beni Saputra, mengaitkan serat optik dan urgensinya dalam membangun smart city. Seperti yang dilakukan pemerintah Bekasi yang telah membangun sebuah kabupaten yang memiliki panjang kabel serat optik terpanjang. Dalam kesempatan tersebut juga dibahas bagaimana dampaknya untuk meminimalisir kejahatan, memonitor logistik daerah, juga percepatan potensi pendapatan daerah. “Pemerintah harus memiliki access control terhadap aktivitas masyarakat. Tanpa bantuan infrastruktur teknologi informasi yang mandiri dan regulasi yang mendukung maka kita tidak akan mampu memiliki kendali tersebut,”ujar Beni.
Kerja Sama Akademik dan Industri
Prof. Syamsuri dari UPM juga menuturkan bahwa dunia akademik tidak dapat dilepaskan dengan industri. Karena hasil kerjasama akademik dan industri merupakan jembatan yang baik untuk menghasilkan produk yang berkualitas. “Bidang ini masih luas pengembangannya untuk publikasi dan paten. Pemerintah Malaysia berperan penting dalam mendukung terkait dana riset bidang itu FO,” Ujar Prof. Syamsuri.
Contoh nyata kerjasama industri dan akademik yang bisa bersama-sama melahirkan publikasi dan patent sekaligus dipaparan oleh Romli Muhammad selaku perwakilan bisnis,TM Research & Development systems Technologies Lab.
Disamping kualitas, kuantitas juga penting untuk menghasilkan percepatan, tidak hanya kualitas. Hal ini disampaikan oleh Dr. Indra selaku Direktur Akademi Teknik Telekomunikasi. Ia mempersiapkan SDM di bidang tersebut. Sebagaimana jenjang vokasi telah diberikan pemahaman tentang FO agar kebutuhan skill di bidang lebih banyak dan mumpuni. Contoh yang telah dilaksanakan seperti adanya smart campus, smart parking, smart information board dan security system based, smart class for hybrid class.
“Seperti apa yang terjadi hari ini ketika online class sangat bergantung dengan ketersediaan jaringan yang baik. Maka kami sangat konsen untuk mensupply SDM dan bekerja sama dengan stakeholder lainnya untuk menghasilkan generasi yang semakin ahli dalam fiber optic,”ujarnya.
Diakhir kegiatan, Dr. Acep menyimpulkan bahwa kegiatan tersebut merupakan kesempatan baik untuk berbagai pihak membangun bersama antarsesama negara sahabat untuk dapat terus bersinergi terkait bidang serat optik. Ada banyak hal yang dapat dibangun untuk untuk Sumatera melalui Kerjasama internasional agar dapat melangkah jauh lebih maju. [Humas]