ITERA NEWS – Tim dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera (Itera) menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertema “Pengenalan Komposting dengan Metode Takakura Sejak Dini” di SDN 3 Kampung Baru, Bandar Lampung, Sabtu, 25 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti sekitar 60 siswa beserta guru pendamping.
Ketua Tim PkM, Moehammad Budhicahyanto, S.T., M.T., menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari pengabdian dosen kelompok keilmuan Manajemen Lingkungan, Limbah Padat, dan Kualitas Udara. Program ini bertujuan menanamkan kesadaran lingkungan sejak usia dini dengan mengenalkan cara sederhana mengolah sampah organik menjadi kompos melalui metode Takakura.
“Metode Takakura merupakan teknik komposting yang mudah diterapkan di rumah. Kami ingin anak-anak memahami bahwa sampah organik dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tidak selalu harus dibuang,” ujar Moehammad Budhicahyanto.
Metode Takakura merupakan teknik komposting yang mudah diterapkan di rumah. Kami ingin anak-anak memahami bahwa sampah organik dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tidak selalu harus dibuang
Moehammad Budhicahyanto berharap dengan menanamkan pemahaman dasar mengenai pengelolaan sampah sejak dini, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang peduli terhadap lingkungan dan mampu menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kegiatan tersebut, para dosen memberikan penjelasan mengenai perbedaan sampah organik dan anorganik serta cara pengelolaannya secara bijak. Anak-anak juga diajak mengikuti permainan edukatif yang mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Kepala SDN 3 Kampung Baru, Noviri Yanti, M.Pd., menyampaikan apresiasinya atas kegiatan yang diinisiasi dosen Itera tersebut. “Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa. Mereka tidak hanya memahami cara mengelola sampah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran untuk menjaga lingkungan sejak usia sekolah,” ujar Noviri.
Antusiasme peserta terlihat tinggi selama kegiatan berlangsung. Salah satu siswa, Riko, mengungkapkan kegembiraannya. “Bagian yang paling saya suka adalah saat bermain gim dan belajar membedakan sampah organik dan anorganik, lalu membuat sampah jadi sesuatu yang berguna,” ujar Riko. (Rilis/Humas)





