ITERA NEWS – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Program Studi Biologi, Institut Teknologi Sumatera (Itera) sukses menggelar kegiatan edukasi gizi dan pemanfaatan pangan fungsional berbasis tumbuhan lokal. Kegiatan ini berfokus pada upaya pencegahan stunting pada balita dan dilaksanakan di Posyandu Teratai Taman Prashanti 2, Kelurahan Sukarame, Bandar Lampung, pada Senin, 13 Oktober 2025. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim dosen Biologi Itera yang terdiri dari Indah Oktaviani, S.Si., M.Si., Okta Yulia Sari, S.Hut., M.Si., Fajar Islam Sitanggang, S.Si., M.Si., dan Dr. Muhammad Asril.
Kegiatan diikuti sekitar 30 peserta, termasuk para ibu hamil dan menyusui, dan lansia yang berperan dalam pengasuhan balita. Ketua Posyandu Teratai, Nuriman, menyambut baik inisiatif ini. Beliau menekankan bahwa edukasi gizi dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang mudah dijangkau sangat dibutuhkan masyarakat.
Ketua Tim PkM, Indah Oktaviani, M.Si., menjelaskan bahwa tema ini diangkat karena potensi pangan lokal Lampung belum dimaksimalkan sebagai sumber gizi esensial. “Banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa bahan baku di sekitar kita, seperti daun kelor, ubi jalar, atau ikan air tawar, memiliki kandungan gizi fungsional yang penting untuk perkembangan balita dan efektif mencegah stunting,” jelas Indah.
“Kami memberikan panduan praktis tentang bagaimana mengolah bahan baku lokal yang murah dan bergizi tinggi menjadi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat, misalnya dengan menambahkan bubuk kelor atau ikan gabus. Selain itu, pemberian yoghurt sebagai probiotik dapat mendukung pertumbuhan optimal anak serta pencernaan yang baik”
Tim PkM menggunakan pendekatan person to person atau kelompok kecil untuk memastikan setiap ibu benar-benar memahami panduan gizi dan dapat berdiskusi langsung. Anggota tim, Okta Yulia Sari, S. Hut., M.Si., menambahkan, “Kami memberikan panduan praktis tentang bagaimana mengolah bahan baku lokal yang murah dan bergizi tinggi menjadi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat, misalnya dengan menambahkan bubuk kelor atau ikan gabus. Selain itu, pemberian yoghurt sebagai probiotik dapat mendukung pertumbuhan optimal anak serta pencernaan yang baik.”
Meskipun demikian, anggota tim lainnya, Fajar Islam Sitanggang, S.Si., M.Si., menyoroti tantangan mendasar. “Kami mengamati bahwa pemahaman masyarakat tentang stunting belum menyeluruh. Banyak yang masih menganggap stunting hanya sebatas ‘anak pendek’ tanpa menyadari dampak jangka panjangnya terhadap perkembangan kognitif,” ujar Fajar. Ia menekankan pentingnya edukasi bahwa pencegahan stunting harus dimulai sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan, termasuk perbaikan sanitasi dan pola asuh yang benar.
Kegiatan PkM ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan kemampuan praktis ibu dalam menyediakan gizi terbaik. Kerja sama antara akademisi, tenaga kesehatan, dan kader Posyandu menjadi kunci sukses program pencegahan stunting di tingkat komunitas. Indah menutup, “Pencegahan stunting adalah investasi jangka panjang untuk kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Kami berharap ilmu yang didapatkan hari ini bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.” (Rilis/Humas)