ITERA NEWS – Institut Teknologi Sumatera (Itera) menegaskan komitmennya dalam penguatan konservasi dan pembangunan berkelanjutan melalui kehadiran Rektor Itera, Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, sebagai narasumber dalam Temu Pendamping Kebun Raya Indonesia 2025 yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Kamis, 13 November 2025. Kegiatan tersebut juga dihadiri Kepala BRIN RI, Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si.
Acara yang berlangsung di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie BRIN, diikuti lebih dari seratus peserta, meliputi pengelola kebun raya daerah, akademisi, perwakilan BRIN, serta mitra internasional seperti Botanic Gardens Conservation International (BGCI) dan International Garden Cities Network (IGCN).
Dalam pemaparannya yang berjudul “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendorong Upaya Konservasi dan Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan,” Rektor Itera menekankan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai penggerak konservasi. Ia menyampaikan bahwa Kebun Raya Itera tidak hanya menjadi ruang hijau kampus, tetapi juga pusat konservasi flora Sumatera, sarana pendidikan terbuka, serta ruang kolaborasi riset dan inovasi. Rektor Itera juga memaparkan visi Kebun Raya Itera yang akan terus berkembang menjadi kebun raya terkemuka dalam bidang konservasi dan pendidikan berbasis tumbuhan dataran rendah Sumatera.
Rektor juga menjelaskan, Kebun Raya Itera yang berdiri di atas lahan seluas 75,52 hektare dari total 273 hektare area kampus, dengan sekitar 60 persen wilayah kampus dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau yang mendukung konsep Smart, Friendly, and Forest Campus. Hingga 2025, Kebun Raya Itera telah mengoleksi 438 spesies dan 2.309 spesimen tanaman, termasuk 39 spesies yang tercatat dalam daftar merah IUCN. Sejak 2023, tim Kebun Raya Itera juga melakukan ekspedisi konservasi ke empat taman nasional di Sumatera, Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Kerinci Seblat, dan Berbak Sembilang yang menghasilkan lebih dari 400 temuan spesies flora baru untuk pengayaan koleksi konservasi ex-situ.
Lebih dari 160 penelitian dosen dan mahasiswa telah memanfaatkan Kebun Raya Itera sebagai lokasi riset, serta 70 mata kuliah dari 17 program studi menjadikan kebun raya sebagai laboratorium pembelajaran interdisipliner.
Selain itu, lebih dari 160 penelitian dosen dan mahasiswa telah memanfaatkan Kebun Raya Itera sebagai lokasi riset, serta 70 mata kuliah dari 17 program studi menjadikan kebun raya sebagai laboratorium pembelajaran interdisipliner. Pada aspek edukasi publik, UPA Konservasi Flora Sumatera mencatat kunjungan mencapai 145.733 pengunjung pada tahun 2024. Seluruh aktivitas tersebut berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 tentang pendidikan berkualitas, SDG 13 tentang aksi iklim, SDG 15 terkait kehidupan di darat, serta SDG 17 mengenai kemitraan untuk tujuan pembangunan.
Pendirian Kebun Raya Itera dimulai pada 2016 melalui penandatanganan MoU antara LIPI (kini BRIN) dan Itera. Pengembangan dilakukan secara bertahap, mulai dari pembangunan infrastruktur pada 2018–2021 hingga peresmian zona koleksi dan fasilitas penerimaan pengunjung pada 2022. IBG kini menjadi anggota Botanic Gardens Conservation International (BGCI) dan jaringan Southeast Asia Botanic Gardens (SEABG). Kolaborasi juga terus diperluas bersama BRIN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian PUPR, dan PLN dalam pengembangan koleksi tanaman, kegiatan penelitian, serta pengelolaan ekosistem hijau kampus.
Rektor menegaskan, melalui UPA Konservasi Flora Sumatera, Itera menguatkan tekad untuk berkontribusi dalam melestarikan kekayaan flora dataran rendah Sumatera dan mengembangkan pusat pengetahuan berbasis riset yang berkelanjutan. “Dari tanah gersang menjadi jantung botani Sumatera From Bare Earth to Botanical Heart adalah semangat yang kami bawa untuk menjadikan Itera kampus berkelanjutan dan berdaya guna bagi masyarakat,” ujar Rektor mengakhiri.
Penulis dan Fotografer : Muhammad Arwecendo Edison




