ITERA NEWS – Fakultas Sains Institut Teknologi Sumatera (Itera) kembali menyelenggarakan kegiatan Studium Generale yang kali ini mengangkat tema “Burung Air dan Habitatnya di Indonesia.” Kegiatan berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting, pada Kamis 28 Agustus 2025, dan diikuti oleh ratusan mahasiswa serta dosen dari berbagai program studi di Itera.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Fakultas Sains Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr. Sri Efrinita Irwan, S.Si., M.Si. Dalam sambutannya, Dr. Sri Efrinita menekankan bahwa Studium Generale menjadi wadah penting untuk memperluas pengetahuan mahasiswa di luar perkuliahan reguler. “Melalui Studium Generale, mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan praktisi dan pakar dari berbagai bidang. Tema burung air dan habitatnya ini sangat relevan dengan kondisi lingkungan saat ini, sekaligus mengajak kita untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan ekosistem,” ujar Dr. Sri Efrinita.
Kegiatan menghadirkan narasumber utama Ragil Satriyo Gumilang, S.Hut., M.Si., dari Wetlands International Indonesia. Dalam pemaparannya, Ragil menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman burung air yang tinggi, baik spesies lokal maupun burung migran yang singgah setiap tahun. Ragil menegaskan, burung air berperan penting sebagai indikator kesehatan lingkungan perairan seperti rawa, danau, hingga kawasan pesisir.
“Burung air bukan hanya kekayaan biodiversitas Indonesia, tetapi juga memiliki fungsi ekologis yang sangat vital. Melestarikan habitat burung air berarti menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus mendukung keberlanjutan hidup manusia.”
Namun, Ragil juga menyoroti berbagai tantangan yang mengancam keberlangsungan burung air, di antaranya degradasi habitat akibat alih fungsi lahan basah, polusi air yang merusak rantai makanan alami, serta dampak perubahan iklim yang mempengaruhi pola migrasi. “Burung air bukan hanya kekayaan biodiversitas Indonesia, tetapi juga memiliki fungsi ekologis yang sangat vital. Melestarikan habitat burung air berarti menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus mendukung keberlanjutan hidup manusia,” jelasnya.
Diskusi yang dipandu oleh dosen Program Studi Biologi, Yopi Haryandi, S.Pd., M.Sc., berlangsung interaktif. Para mahasiswa antusias membahas strategi praktis dalam upaya konservasi, termasuk keterlibatan masyarakat lokal dan peran kampus dalam riset kolaboratif. Menanggapi hal tersebut, Ragil menekankan perlunya pendekatan multipihak, baik dari lembaga pendidikan, organisasi konservasi, maupun komunitas masyarakat. Ragil juga mendorong mahasiswa untuk aktif terlibat dalam penelitian, kampanye edukasi, serta program berbasis masyarakat.
(Rilis/Humas)