ITERA NEWS – Dosen Program Studi Rekayasa Kosmetik Institut Teknologi Sumatera (Itera) menghadirkan inovasi pemanfaatan potensi lokal Lampung melalui pengolahan kelapa dan singkong menjadi berbagai produk kosmetik bernilai guna, seperti lip balm, sabun, hingga body scrub berbahan Mocaf. Inovasi ini dikembangkan bersama siswa SMAS PGRI Tumijajar, Tulang Bawang Barat, melalui pendekatan pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics).
Tim dosen yang diketuai apt. Kiki Yuli Handayani, S.Farm., M.Pharm.Sci., dengan anggota Rudi Setiawan, S.T., M.T., serta Elianasari, S.Si., M.Sc., mengembangkan metode pelatihan yang memadukan sains dengan kreativitas. Kelapa diolah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO), sementara singkong diolah menjadi tepung modifikasi (Mocaf) sebagai bahan dasar produk kosmetik ramah lingkungan.
Melalui pendekatan STEAM, siswa tidak hanya mengenal proses ilmiah pembuatan VCO dan Mocaf, tetapi juga memahami cara meningkatkan nilai tambah keduanya menjadi produk siap pakai dan berpotensi pasar. “Pembelajaran ini membuat siswa tidak sekadar menghafal konsep, tetapi memahami dan mempraktikkan pemecahan masalah nyata. Unsur seni turut memperkaya kreativitas dan komunikasi visual dalam desain produk,” jelas Kiki.
Pembelajaran ini membuat siswa tidak sekadar menghafal konsep, tetapi memahami dan mempraktikkan pemecahan masalah nyata. Unsur seni turut memperkaya kreativitas dan komunikasi visual dalam desain produk
Produk yang dikembangkan meliputi lip balm dan sabun berbasis VCO, serta masker wajah dan body scrub dari Mocaf. Seluruh proses dilakukan bertahap, mulai dari produksi bahan, formulasi, uji kualitas sederhana, hingga perancangan label produk. Pendekatan ini dinilai efektif menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, inovasi, dan jiwa wirausaha generasi muda.
Guru dan masyarakat setempat menunjukkan antusiasme tinggi melihat potensi kelapa dan singkong daerah yang berhasil diolah menjadi produk kosmetik. Beberapa warga bahkan mulai menanyakan ketersediaan produk VCO dan olahan lainnya.
Pengembangan inovasi ini diharapkan menjadi langkah berkelanjutan dalam memanfaatkan kekayaan lokal sebagai bahan baku industri kosmetik ramah lingkungan. Selain memperkuat literasi sains dan kreativitas, kegiatan ini membuka peluang pembentukan ekosistem kewirausahaan berbasis potensi daerah di sekolah maupun masyarakat. (Rilis/Humas)




