ITERA NEWS – Institut Teknologi Sumatera (Itera) terus memperkuat kiprahnya dalam jejaring mitigasi bencana internasional dengan berpartisipasi sebagai observer dalam Indian Ocean Wave Exercise 2025 (IOWave25), latihan kesiapsiagaan tsunami yang digelar oleh 28 negara di kawasan Samudera Hindia dan bertepatan dengan peringatan World Tsunami Awareness Day.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai koordinator nasional menggelar latihan ini dengan menguji skenario gempa dahsyat berkekuatan Magnitudo 9.2 di Utara Sumatra. Skenario tersebut dirancang untuk memastikan kesiapan sistem peringatan dini dan respons bencana di wilayah Indonesia, termasuk area rawan tsunami seperti Kabupaten Tanggamus.
Pada pelaksanaan awal November lalu, tujuh dosen Itera dari Pusat Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami bertugas sebagai observer di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanggamus. Wilayah tersebut dipilih karena berada di pesisir yang berpotensi menerima dampak tsunami akibat aktivitas Megathrust di Selat Sunda. Secara bersamaan, Kepala Pusat Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami Itera, Prof. Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., juga bertugas sebagai observer di kantor pusat BMKG di Jakarta.
Tim observer Itera di Tanggamus terdiri atas Dr. Adnin Musadri Asbi, S.Hut., M.Sc., Dr. Muhammad Zainal Ibad, S.T., M.T., Yudha Styawan, M.Sc., Fachri Muhammad Rasyid, S.P.W.K., M.URP., Muh. Abdi Danurja Rahman Aziz, S.T., M.R.K., Yudha Rahman, S.T., M.T., dan Fran Sinatra, S.P., M.T.
Tujuh dosen Itera dari Pusat Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami bertugas sebagai observer di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanggamus. Wilayah tersebut dipilih karena berada di pesisir yang berpotensi menerima dampak tsunami akibat aktivitas Megathrust di Selat Sunda.
Wilayah Rawan Tsunami
Dalam skenario IOWave25, Kabupaten Tanggamus diprediksi menerima status peringatan “Awas” dengan potensi gelombang tsunami mencapai 3,29 meter. Kondisi tersebut menjadi dasar untuk menguji kecepatan respons, kesiapan jalur evakuasi, koordinasi antarinstansi, serta efektivitas sistem peringatan dini.
Dosen Itera yang bertugas sebagai observer, Dr. Adnin Musadri Asbi, S.Hut., M.Sc., menyampaikan bahwa keikutsertaan Itera memberikan kontribusi penting terhadap evaluasi lapangan.
“Sebagai observer, kami mengamati langsung bagaimana sistem peringatan dan respons para pemangku kepentingan diuji. Temuan-temuan ini akan menjadi bahan evaluasi untuk memperkuat mitigasi bencana, khususnya di wilayah rawan tsunami seperti Tanggamus. Kegiatan ini menunjukkan komitmen Itera dalam mendukung ketangguhan masyarakat,” ujarnya.
Partisipasi Itera dalam IOWave25, baik di Tanggamus maupun pusat koordinasi nasional BMKG, diharapkan dapat memperkuat rantai peringatan dini dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Indonesia dalam menghadapi potensi bencana tsunami pada masa mendatang. (Rilis/Humas)




