ITERA NEWS – Tim dosen dan mahasiswa dari Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera (Itera) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berupa studi geolistrik untuk menentukan zona potensial air tanah di Lapangan Merah, Natar, Lampung Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kelompok Keilmuan Geofisika Sumberdaya Alam Itera dalam periode 13 September hingga 24 Oktober 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Skema Penguatan Kelompok Keilmuan Tahun Anggaran 2025 yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Itera, berdasarkan kontrak bernomor 2659t/IT9.2.1/PM.01.03/2025. Tim kegiatan ini juga melibatkan dosen Teknik Geofisika Itera, yaitu Selvi Misnia Irawati, Reza Rizki, dan Asido S. Sigalingging, serta puluhan mahasiswa anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika.
Ketua tim, Wahyu Eko Junian, menjelaskan bahwa studi ini berawal dari informasi pengurus Lapangan Merah, Koko Wahono, yang menyebutkan bahwa lokasi tersebut sedang diajukan kepada pemerintah daerah untuk dikembangkan menjadi fasilitas stadion olahraga.
“Pembangunan stadion tentu memerlukan ketersediaan air bersih yang memadai, baik untuk tahap konstruksi maupun operasional. Karena itu, kami melakukan studi geofisika untuk mengidentifikasi potensi sumber daya air tanah di kawasan tersebut,” ujar Wahyu.
Pembangunan stadion tentu memerlukan ketersediaan air bersih yang memadai, baik untuk tahap konstruksi maupun operasional. Karena itu, kami melakukan studi geofisika untuk mengidentifikasi potensi sumber daya air tanah di kawasan tersebut
Dalam penelitian ini, tim menggunakan metode geolistrik, yang dinilai efektif untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan tanpa perlu melakukan pengeboran langsung. “Metode ini bekerja seperti rontgen atau USG untuk tanah. Kami menancapkan elektroda di beberapa titik untuk mengalirkan arus listrik dan mengukur respons batuan. Dari nilai resistivitas yang diperoleh, kami dapat memperkirakan jenis lapisan batuan dan potensi kandungan air tanah di dalamnya,” jelasnya.
Hasil pengukuran menunjukkan adanya tiga lapisan utama bawah permukaan. Lapisan pertama berupa topsoil dengan resistivitas antara 30–90 Ωm pada kedalaman 0–1 meter. Lapisan kedua merupakan tuf padu dengan resistivitas lebih dari 90 Ωm pada kedalaman 1–8 meter. Sementara itu, lapisan ketiga berupa batupasir tufan dengan resistivitas kurang dari 30 Ωm pada kedalaman lebih dari 8 meter. Lapisan batupasir tufan ini diinterpretasikan sebagai zona akuifer potensial, yakni lapisan batuan berpori dan permeabel yang mampu menyimpan air tanah.
Hasil pemodelan tiga dimensi memperlihatkan bahwa lapisan akuifer ini meluas hampir di seluruh area Lapangan Merah, menjadikannya lokasi strategis untuk pengembangan sumur air tanah. Menurut Wahyu, hasil studi ini diharapkan dapat menjadi panduan ilmiah bagi pemerintah daerah dalam menentukan titik pengeboran air tanah yang efisien untuk mendukung rencana pembangunan stadion. “Selain memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, kegiatan ini juga menjadi pengalaman aplikatif bagi mahasiswa dalam menerapkan metode geofisika untuk menyelesaikan permasalahan nyata di lapangan,” tambahnya. (Rilis/Humas)



