Tim Observatorium ITERA Berhasil Amati Gerhana Matahari Sebagian
[:id]Hasil pengamatan fenomena gerhana matahari sebagian oleh Tim Observatorium Astronomi ITERA Lampung, dari wilayah Kotabumi, Lampung Utara, Minggu (21/6/2020). FOTO : OAIL ITERA[:]

Tim Observatorium ITERA Berhasil Amati Gerhana Matahari Sebagian

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Tim Ekspedisi Gerhana Matahari dari Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) berhasil mengamati fenomena gerhana matahari sebagian dari Kotabumi, Lampung Utara, Minggu (21/6/2020). Gerhana matahari yang puncaknya terjadi pukul 15.07 WIB tersebut hanya dapat teramati 0,03% dari wilayah Lampung bagian utara. Meski kenampakan gerhana sangat tipis, namun fenomena ini tetap dapat diabadikan oleh tim OAIL ITERA yang menggunakan teleskop jenis meade coronado solarmax iii 70 dan kamera cmos monokrom zwo asi 178 mm.

Proses gerhana matahari sebagian dimulai pukul 14.57 WIB. Di awal pengamatan cuaca mendung berawan, dan terkadang gerimis membuat tim pengama mesti membuka-tutup teleskop untuk mengamankan dari rintik hujan. Namun saat memasuki puncak gerhana, cuaca lebih bersahabat, sehingga teleskop OAIL ITERA dapat mengabadikan gerhana.

Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Robiatul Muztaba, S.Si., M.Si. atau akrab disapa Aji yang ikut dalam pengamatan menjelaskan, fenomena gerhana matahari terjadi ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari. Hal ini menyebabkan piringan Matahari, dilihat dari Bumi, tertutup sebagian atau seluruhnya bergantung pada posisi di permukaan Bumi apakah di daerah bayangan umbra atau penumbra.

Berdasarkan posisi  Bulan diantara Bumi dan Matahari dan posisi pengamat di permukaan Bumi, terdapat empat jenis gerhana matahari. Gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari hibrida.

Pada gerhana kali ini, tim ITERA mengamati gerhana matahari sebagian (GMS)yang terjadi ketika bulan berada tidak tepat di tengah-tengah garis antara matahari dan bumi, atau pengamat berada pada bayangan penumbra, sehingga jika diamati hanya sebagian matahari yang tertutupi Bulan.

“Di wilayah Lampung Utara tepatnya di Kotabumi tempat kami mengamati gerhana hanya terkena bayangan bulan sebesar 0.03%, kecil sekali sehingga dengan pengamatan biasa atau hanya menggunakan kacamata matahari tidak akan terlihat signifikan perbedaannya dengan kondisi biasa. Namun, Pengamatannya berhasil saat kondisi puncak gerhana, kondisi langit yang mendukung sehingga berhasil mendapatkan citra Gerhana Matahari Sebagian,” jelas Aji.

“Di wilayah Lampung Utara tepatnya di Kotabumi tempat kami mengamati gerhana hanya terkena bayangan bulan sebesar 0.03%, kecil sekali sehingga dengan pengamatan biasa atau hanya menggunakan kacamata matahari tidak akan terlihat signifikan perbedaannya dengan kondisi biasa. Namun, Pengamatannya berhasil saat kondisi puncak gerhana.”

 

Perbedaan Gerhana

Aji menanambahakan, mengapa bisa terjadi fenomena gerhana matahari yang berbeda-beda di antar wilayah. Hal ini terjadi karena ukuran Matahari yang memiliki jarak 147 hingga 152 juta km dari bumi, terletak sekitar 400 kali lebih jauh dari Bumi dibandingkan dengan  jarak bulan ke Bumi sekitar 362 hingga 405 juta km dari bumi, dan jari-jari matahari juga sekitar 400 kali lebih besar dibanding Bulan.

Karena perbandingan ini hampir sama, Bulan dan Matahari tampak hampir sama besar di langit bumi, yaitu sebagai bundaran dengan diameter sudut sekitar 0,5 derajat busur. Namun, karena orbit Bulan mengelingi Bumi serta orbit Bumi mengelilingi Matahari berbentuk elips dan bukan lingkaran sempurna, jarak ini bisa berubah-ubah sehingga ukuran tampak Matahari dan bulan pun berubah-ubah. Jika posisinya cukup jauh dari Bumi, Bulan akan terlihat sedikit lebih kecil sehingga tidak dapat menutupi seluruh Matahari. Alhasil, terjadi gerhana matahari cincin. Sebaliknya, jika Bulan cukup dekat dengan Bumi, maka besarnya akan cukup menutupi seluruh matahari sehingga terjadi gerhana matahari total.

Sebagai informasi, di Indonesia gerhana matahari kali ini, bagian Matahari yang tertutup oleh Bulan bervariasi tergantung dari lokasi pengamatan. Mulai dari hampir 0% hingga 43 % di Kepulauan Talaud di Sulawesi Utara yang menjadi lokasi pengamatan terbaik di Indonesia. Di Provinsi Lampung, hanya sebagian daerah yang dapat mengamati gerhana matahari sebagian. Lokasi yang dapat menikmati fenomena ini antara lain di wilayah Lampung Utara, Terbanggi Besar (Lampung Tengah), Bandar Jaya (Lampung Tengah), Metro, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Mesuji, dan Lampung Timur.

Dalam pengamatan kali ini, OAIL ITERA akan bergabung dalam pengamatan gerhana matahari bersama beberapa lembaga internasional yang dimotori oleh organisasi Apadilangit (Universe Awareness Malaysia) dan didukung oleh National Planetarium of Malaysia, Universe Awareness (Leiden University), dan National Outreach Coordinator IAU (NOC IAU). Dalam pengamatan bersama yang dilakukan secara dalam jaringan ini, para peneliti akan saling berbagi hasil pengamatan gerhana matahari secara streaming dari seluruh daerah kontributor meliputi Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Indonesia, Jepang, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Thailand melalui Youtube dan Facebook.  Kepala UPT OAIL yang juga Vice Chairman South East Asia Astronomy Network (SEAAN), Dr. Hakim Luthfi Malasan, M.Sc., turut memberikan sambutan dalam kick off kolaborasi internasional pengamatan gerhana matahari ini. [Humas]