ITERA NEWS – Sebanyak 4.929 mahasiswa baru Institut teknologi Sumatra (Itera) telah dikukuhkan langsung oleh Rektor Itera, Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha dalam Sidang Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), Senin 11 Agustus 2025, di pelantaran Gedung Laboratorium Teknik (Labtek) OZT. Pemakaian almamater dan topi secara simbolis menjadi tanda mereka resmi menjadi mahasiswa Itera.
Setiap tahunnya, ada dua nama yang menarik perhatian dalam sidang penerimaan mahasiswa Itera. Dua nama tersebut merupakan mahasiswa termuda dan terjauh yang diumumkan oleh Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru Itera, dilanjutkan dengan membacakan nomor induk mahasiswa serta asal dan identitas mahasiswa tersebut.
Zaskya Franita Rizky identitasnya dibacakan sebagai mahasiswa termuda dalam penerimaan mahasiswa baru Itera tahun ini. Gadis kelahiran 11 Juli 2009 itu, saat ini baru berusia 16 tahun lebih satu bulan. Zaskya mengaku lebih awal masuk ke jenjang pendidikan formal sekolah dasar, bahkan saat dirinya baru berusia empat tahun. Meski demikian, kemampuan akademik yang menonjol membuatnya tidak ketinggalan, saat di bangku SMA justru duduk dikelas percepatan atau akselerasi.
Zaskya berharap bisa menjalani perkuliahan dengan lancar, dan lulus tepat waktu, serta menyandang predikat cumlaude untuk selanjutnya menata cita-cita kariernya bidang teknik biomedis.
Tertarik mendalami ilmu yang berkaitan dengan kesehatan membuat Zaskya memilih Prodi Teknik Biomedis Itera dalam jalur seleksi Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). ”Saya bersyukur bisa diterima di Teknik Biomedis Itera, karena satu-satunya di Sumatera hanya ada di Itera,” ujar Zaskya yang mengaku belum memiliki kartu tanda penduduk, meski sudah mahasiswa.
Zaskya berharap bisa menjalani perkuliahan dengan lancar, dan lulus tepat waktu, serta menyandang predikat cumlaude untuk selanjutnya menata cita-cita kariernya bidang teknik biomedis.
Asal Nabire
Selain Zaskya, nama Geofani Petros Debora Yawan juga diumumkan oleh Ketua Tim Penerimaan Mahasiswa Baru Itera, Dr. Abdul Rajak, M.Si., sebagai mahasiswa terjauh yang berasal dari Kecamatan Nabire, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Jika dihitung dengan menggunakan peta digital, jaraknya sekitar 4.962 km dari kampus Itera.
Geofani lulusan SMK N 2 Teknologi dan Rekayasa Nabire yang lulus melalui jalur afirmasi beasiswa ADik di prodi Teknik Sistem Energi. ”Memilih Itera karena kampus yang berwawasan teknologi yang maju”ujar Geofani.
Selain kampus berteknologi maju, ketertarikan Geofani terhadap fasilitas-fasilitas lengkap yang ada di Itera membuat yakin dan percaya dalam menuntut ilmu selama perkuliahan.
Memiliki keinginan untuk mempelajari tentang energi terbarukan membuat Gofani semangat untuk memilik prodi ini. Selain kampus berteknologi maju, ketertarikan Geofani terhadap fasilitas-fasilitas lengkap yang ada di Itera membuat yakin dan percaya dalam menuntut ilmu selama perkuliahan.
”Harapannya setelah lulus dapat menjadi seorang yang ahli dalam bidang Teknik Sistem Energi yang menguasai ilmu tentang energi terbarukan yang ada di sekitarnya” ujarnya.
Tim Liputan
Penulis: Muhammad Ilham (Teknik Industri)
Fotografer : Hana Yusriyyah Shofa (Desain Komunikasi Visual)