Seminar Teknik Geomatika ITERA Kaji Sistem Manajemen Bencana Indonesia

Seminar Teknik Geomatika ITERA Kaji Sistem Manajemen Bencana Indonesia

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Program Studi Teknik Geomatika, Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan seminar dalam jaringan (daring) bertema Sistem manajemen bencana Indonesia : hidup nyaman bersama ancaman, Jumat, 11 Desember 2020. Seminar tersebut menghadirkan dua narasumber ahli kebencanaan nasional yaitu Kepala Subdirektorat Integrasi dan Pengolahan Pemantauan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Linda Lestari, S.Kom., M.Si (Han), dan Deputi Bina Tenaga dan Bina Potensi, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) Abdul Haris Achadi, S.H., DESS.

Seminar yang dihadiri150 peserta tersebut dibuka oleh Ketua Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan, Dr. Rahayu Sulistyorini dan Kaprodi Teknik Geomatika ITERA, Dr. Irdam Adil. Dr. Dalam kesempatan tersebut, Dr. Rahayu menyampaikan, tema yang diusung dalam seminar tersebut sangat penting, yaitu hidup nyaman bersama ancaman bencana. Letak geografis Indonesia menjadikan Indonesia rawan bencana, membuat masyarakat siap menghadapi bencana.

Bencana yang akhir-akhir ini terjadi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, sampai covid-19 memaksa kita sebagai akademisi dan para penggiat kebencanaan untuk berfikir dan bekerjasama untuk penanggulangan bencana dan manajemen bencana,” ujar Rahayu.

Sementara narasumber pertama Linda Lestari, S.Kom., M.Si (Han) dalam paparannya menjelaskan tentang kajian risiko bencana untuk perencanaan dan penanggulangan bencana. Linda menyebut Indonesia merupakan negara yang penuh dengan potensi bencana karena terletak pada lempeng tektonik utama yang aktif yaitu Eurasia, Pasifik, dan Hindia-Australia. Hal ini menyebabkan Indonesia sering terjadi gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan bencana lainnya Selain itu, sekitar 95% bencana didominasi oleh bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan yang faktor penyebabnya adalah alam dan antropogenik.

Bencana yang akhir-akhir ini terjadi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, sampai covid-19 memaksa kita sebagai akademisi dan para penggiat kebencanaan untuk berfikir dan bekerjasama untuk penanggulangan bencana dan manajemen bencana.”

Berdasarkan data, sepanjang tahun 2020 (1 Januari – 7 Oktober 2020)  sudah terjadi berbagai bencana seperti gempa bumi, erupsi gunung api, karhutla, banjir, tanah longsor, sampai epidemi covid-19 yang menyebabkan 300 orang meninggal dunia, 25 hilang, 4.526.201 orang menderita & mengungsi, serta 463 orang luka-luka.  Kepada peserta, dia juga menjelaskan konsepsi manajemen risiko bencana yang didalamnya mengajak masyarakat dan pemerintah untuk merubah paradigma dalam kegiatan manajemen risiko bencana.

“Penanggulangan bencana bukan hanya tugas BNPB dan BASARNAS tapi urusan kita bersama. Maka dari itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, media, komunitas, dan bisnis sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana,”pungkas Linda.

Peran Basarnas

Sementara, narasumber kedua Abdul Haris Achadi, S.H., DESS menyampaikan bahwa tugas Basarnas sesuai UU No. 29 Tahun 2014 adalah melakukan kegiatan pencarian dan pertolongan (SAR). SAR adalah segala usaha dan kegiatan mencari, menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi manusia yang dilakukan terhadap kecelakaan kapal dan pesawat, kecelakaan dengan penanganan khusus, bencana pada tahap tanggap darurat, dan kondisi membahayakan manusia. Dalam menjalankan tugasnya, Basarnas dibantu oleh beberapa pihak dalam kegiatan SAR yaitu TNI, Polisi, Masyarakat, Instansi Pemerintah, Orari, dan RAPI.

“Pentingnya response time juga menjadi fokus BASARNAS dalam menjalankan tugasnya agar dampak akibat bencana dapat diminimalisir,” ujar Abdul Haris.

Abdul Haris juga menjelaskan tentang milestone BASARNAS yang nanti akan menjadi Ketua Regional Asia Pasific dalam proses akreditasi nasional yang bertujuan agar semua unit BASARNAS di wilayah-wilayah di Indonesia mempunyai persepsi yang sama tentang respon terhadap bencana dan mempunyai tim SAR dengan kompetensi berdasarkan International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG). Hal ini dilakukan agar tim SAR di seluruh wilayah Indonesia menjadi berkualitas dan diharapkan dapat berguna dalam bagian dari manajemen bencana. (Rilis/Humas)