Seminar Purino Kecerdasan Buatan ITERA Bahas Potensi Pengembangan AI
[:id]Ilustrasi : Freepick[:]

Seminar Purino Kecerdasan Buatan ITERA Bahas Potensi Pengembangan AI

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Pusat Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan (artificial intelligence) ITERA mengadakan kegiatan seminar dalam jaringan bertajuk Penerapan teknologi artificial intelligence dalam mengoptimalkan kehidupan pendidikan dan industri di era new normal, Sabtu, 5 Desember 2020. Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Guru Besar Bidang Kecerdasan Buatan dan Robotika, Universitas Indonesia Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom., dan Pendiri Pusat Artificial Intelligence ITB, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Dr. Eng. Ayu Purwarianti, S.T., M.T.

Kegiatan seminar yang diikuti mahasiswa, dosen ITERA, serta peserta umum dibuka oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP3) ITERA, Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D.

Dalam pemaparan materi, Prof. Dr.-Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom. menyampaikan, artificial intelligence adalah teknologi yang cukup cepat perubahannya. Namun, dia menyarankan agar tidak terlalu berlebihan berharap kepada teknologi ini, karena AI bukan segalanya. Prof. Wisnu Jatmiko menyebut AI dapat dimanfaatkan untuk mengatasi keterbatasan yang dapat dijadikan peluang.

Artificial intelligence dalam bidang kesehatan menjadi primadona saat ini, dan masih banyak peluang yang dapat didalami, khususnya pada hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan (prevention) ataupun early warning system,” ujar Prof. Wisnu.

Artificial intelligence dalam bidang kesehatan menjadi primadona saat ini, dan masih banyak peluang yang dapat didalami, khususnya pada hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan (prevention) ataupun early warning system.

Namun, Prof. Wisnu menekankan,  kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan kepakaran. Teknologi ini juga bukan untuk mengubah pola fikir masyarakat ke depend on tools, namun AI berkolaborasi dengan kepakaran untuk menghadirkan solusi kepada masyarakat.

“Regulasi harus tetap dipatuhi khususnya dalam bidang kesehatan. Maka perlu adanya komunikasi yang baik dengan Kemenkes. Karena bidang kesehatan adalah bidang yang sensitive dan presisi, karena ada skema zero tolerance terhadap kesalahan,” tambah Prof. Wisnu.

Banyak Bidang Keilmuan

Sementara narasumber ke dua, Kepala Pusat Artificial Intelligence ITB, Dr. Eng. Ayu Purwarianti, S.T., M.T.,menyebut riset AI dapat melibatkan banyak bidang keilmuan, tidak hanya di bidang informatika. Artificial Intelligence dapat meliputi speech processing, text processing, dan image processing.

Artificial Intelligence sendiri merupakan sebuah perangkat lunak yang dapat memberikan respon yang rasional seperti manusia dengan mengintegrasikan algoritma machine learning, data dalam jumlah besar, sensor yang akurat. Mengutip apa yang disampaikan oleh McKinsey (Sept, 2019), Dr. Ayu menyebut, diperkirakan ke depan akan ada 23 juta pekerjaan yang hilang digantikan dengan otomasi, namun diperkirakan juga akan ada 27 sampai 46 juta pekerjaan baru.

“Saat ini ada lebih dari 50 negara yang memasukkan artificial intelligence ke dalam strategi nasional. Dua negara terbesar adalah Cina yang fokus pada surveillance dan Amerika pada bidang militer. Indonesia sendiri memasukkan artificial intelligence ke dalam strategi nasional dalam bentuk industri 4.0.,” ujar Dr. Ayu.

“Saat ini ada lebih dari 50 negara yang memasukkan artificial intelligence ke dalam strategi nasional. Dua negara terbesar adalah Cina yang fokus pada surveillance dan Amerika pada bidang militer. Indonesia sendiri memasukkan artificial intelligence ke dalam strategi nasional dalam bentuk industri 4.0.”

Ayu juga menyampaikan beberapa manfaat teknologi artificial intelligence pada bidang bisnis, diantaranya dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi probabilitas human error untuk repetitive process, meningkatkan daya saing, mengambil insight/knowledge/informasi dari data termasuk prediksi.

Kepada para peserta seminar, Dr. Ayu juga menjelaskan Artificial Intelligence ITB saat ini berfokus untuk membangun teknologi dan solusi untuk banyak bidang. Contohnya adalah catbot yang mampu aktif selama 24 jam-7 hari, mengenali pelanggan dan mampu memberikan respon dengan cepat. Catbot ini mampu mengenali pertanyaan, baik dalam bentuk teks maupun suara, dan mampu menjawab dalam kalimat voice yang terdengar natural.

Contoh lainnya adalah covid19-socmed.id, merupakan flatform untuk memantau perkembangan isu covid-19 dari media sosial (twitter dan Instagram) dengan analisis kata kunci terkait, sentimen dan klasifikasi hoaks. Contoh lainnya lagi pada bidang face matching yang mampu mengenali manusia dari KTP. Contoh lainnya yang terkait covid-19 pada bidang behaviour monitoring : monitoring jarak antar orang, penggunaan masker, deteksi bersin dan batuk dari kamera CCTV.  (Humas)