Dosen Itera Bedah Potensi Astronomi Hingga Geologi Kabupaten Pasaman Sumbar

Dosen Itera Bedah Potensi Astronomi Hingga Geologi Kabupaten Pasaman Sumbar

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Dosen Institut Teknologi Sumatera (Itera) Dr. Robiatul Muztaba, S.Si.,M.Si., dari Program Studi Sains Atmosfer Keplanetan, dan Koordinator Prodi Teknik Geologi, Alviyanda, S.T., M.T., menjadi narasumber dalam Seminar Astronomi dan Geologi yang diadakan Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, di Kantor Pemkab setempat, Jumat, 22 Maret 2024. Seminar tersebut menjadi rangkaian pembukaan Perayaan Titik Kulminasi Matahari dan Hari Meteorologi Dunia, yang diselenggarakan di Kabupaten Pasaman.

Dalam seminar yang diikuti ratusan peserta kepala SMA/SMK sederajat se-Kabupaten Pasaman, para guru bidang studi astronomi, IPA, dan IPS tersebut, dosen Itera membedah potensi Kabupaten Pasaman dari sisi astronomi dan geologi, yang akan dimanfaatkan untuk membangun Geopark Equator Pasaman sebagai kawasan wisata khusus.

Bupati Pasaman, Sabar A.S., S.Ag., M.Si., menyampaikan seminar yang diadakan merupakan wujud sinergi Pemerintah Kabupaten Pasaman dengan Itera, dan mitra lainnya, terutama untuk mendorong percepatan pembangunan sektor pariwisata, khususnya wisata equator sebagai ikon Sumatera dan dunia. Sabar menambahkan, sinergi dengan Itera juga ditandai dengan telah ditetapkannya Pasaman sebagai laboratorium lapangan dan riset dosen dan mahasiswa Itera.

Bupati Sabar juga memaparkan potensi yang dimiliki Kabupaten Pasaman yang akan menjadi pelopor pembangunan Geopark Equator di Sumatera, termasuk rencana membangun planetarium pertama di Sumatera.

“Seminar ini sangat penting dengan target akan terbentuknya komunitas pengembangan pariwisata berbasis komunitas astronomi Indonesia di Pasaman, dan subjeknya adalah bapak ibu guru yang memiliki pengetahuan mata pelajaran yang terkait,” ujar Bupati Sabar A.S.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Sabar juga memaparkan potensi yang dimiliki Kabupaten Pasaman yang akan menjadi pelopor pembangunan Geopark Equator di Sumatera, termasuk rencana membangun planetarium pertama di Sumatera.

Astrotourism

Sementara dalam paparannya, dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera Dr. Robiatul Muztaba, S.Si.,M.Si., atau akrab disapa Aji, menyampaikan berbagai potensi yang dapat dikembangkan Pasaman, dalam membangun kawasan wisata astrotourism atau wisata yang berfokus pada pemandangan bintang-bintang pada langit malam. Aji mengapresiasi rencana Pemkab Pasaman yang akan membangun planetarium yang akan menjadi keunggulan daerah, karena menjadi yang pertama di Sumatera.

Narasumber dosen Itera lainnya, Alviyanda, S.T., M.T., menyebut Pasaman memiliki keunikan geologi yang sangat kaya, mulai dari berada di atas patahan Sumatera yang membentuk bentang alam yang khas, memiliki banyak potensi panas bumi, hingga kekayaan biodiversitas atau keanekaragaman hayati yang dimiliki.

Untuk itu, Itera tidak hanya mengkaji Pasaman dari sisi keilmuan geologi semata, akan tetapi juga melibatkan keilmuan lain seperti biologi dan kehutanan. Sehingga dalam kesempatan yang sama, turut hadir dosen Biologi Itera, Dian Anggria Sari, S.Si., M.Si., dan dosen Prodi Rekayasa Kehutanan, Mhd. Muhajir Hasibuan, S.Hut., M.Si., yang tengah mengkaji potensi biodiversitas Pasaman yang akan mendukung pembangunan Geopark Equator Pasaman.

Kabupaten Pasaman memiliki sebanyak 23 titikgeosite atau situs warisan geologi yang dapat dikembangkan sebagai potensi pariwisata.

Alviyanda, juga menyebut, berdasarkan kajian yang telah dilakukan Itera, dengan melibatkan 30 mahasiswa dalam program KKN Tematik di Pasaman, beberapa waktu lalu, diketahui Kabupaten Pasaman memiliki sebanyak 23 titik geosite atau situs warisan geologi yang dapat dikembangkan sebagai potensi pariwisata.

“Salah satu hal menarik di Pasaman adanya batuan yang terbentuk di gunung api dan muncul di permukaan. Ini banyak dijumpai di Pasaman, padahal prosesnya sangat kompleks dan ini tidak ada di daerah lain,” ujar Alviyanda.

Fenomena tersebut menurut Alviyanda, bisa menjadi dasar menentukan batuan dasar di Pulau Sumatera. Hal tersebut akan terus dikaji oleh Itera, dan mudah-mudahan akan memberikan manfaat untuk Pasaman.

Selain narasumber dari Itera, seminar yang diadakan sore menjelang berbuka puasa tersebut juga menghadirkan narasumber lain dari Planetarium Jakarta, Roni Samara, dan pendiri Imah No’ong, atau rumah pengamatan benda-benda langit yang berlokasi di Bandung, Hendro Setyanto. Roni Samara mengaku sangat bangga jika di Sumatera, tepatnya di Pasaman akan dibangun planetarium. Sebab selain belum ada planetarium di Sumatera, planetarium yang dibangun di Pasaman yang berada tepat di equator atau khatulistiwa, akan menjadi satu-satunya planetarium di equator di Indonesia. (Humas/Rudiyansyah)