Tingkatkan Mutu Pendidikan ITERA Berangkatkan 73 Dosen dan 19 Asmik Tugas Belajar   

Tingkatkan Mutu Pendidikan ITERA Berangkatkan 73 Dosen dan 19 Asmik Tugas Belajar  

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan pelepasan dan pembekalan pra-keberangkatan tugas belajar dosen dan asisten akademik (Asmik) tahun 2021, Jumat, 22 Oktober 2021. Sebanyak 73 dosen dan 19 asmik dilepas secara resmi oleh Rektor ITERA Prof. Dr. Ing. Drs. Ir. Mitra Djamal, IPU., yang hadir langsung di Aula Gedung Kuliah Umum ITERA. Kegiatan tersebut dihadiri Kepala Biro Umum dan Akademik ITERA drh. Sri Sulistiowati, M.M., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITERA Acep Purqon, Ph.D., dan perwakilan dosen dan asmik yang akan menjalankan tubel.

Hingga saat ini, ITERA tengah menugaskan 115 dosen untuk menempuh pendidikan doktor (S3) dan 41 asmik menempuh pendidikan magister (S2) melalui tugas belajar di berbagai perguruan tinggi, baik di dalam ataupun luar negeri. Hal ini dilakukan sebagai upaya percepatan peningkatan kualitas tenaga pengajar di ITERA.

Kepala LPPM ITERA Acep Purqon, Ph.D., dalam laporannya mengatakan para peserta tugas belajar tentunya mendapatkan tantangan tersendiri. Sebab para dosen dituntut untuk kembali beradaptasi dengan atmosfer baru tempat menempuh pendidikan doktor.

“Saya harap dosen dan asmik yang kembali dari tugas belajar nantinya tidak mengalami culture shock. Sehingga dapat langsung mengeksekusi dan memberikan implementasi nyata terkait dengan ide-ide dan riset yang telah dilakukan,” ujar Acep.

“Topik riset yang diangkat para dosen nantinya diharapkan lebih baik mengenai permasalahan yang ada di Sumatera. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi ITERA, yakni menjadi center of excellence atau pusat unggulan di Sumatera.”

Sementara Rektor ITERA Prof. Dr.-Ing. Drs. Ir. Mitra Djamal, IPU., dalam pidatonya menekankan perlunya membangun semangat agar masa studi yang dijalankan para dosen dan asmik dapat berjalan efektif dan efisien. Lebih lanjut, Rektor juga mengatakan bahwa topik riset yang diangkat para dosen nantinya diharapkan lebih baik mengenai permasalahan yang ada di Sumatera. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi ITERA, yakni menjadi center of excellence atau pusat unggulan di Sumatera.

“Terus semangat berjuang dan secepatnya kembali ke ITERA. Melalui tugas belajar ini, ITERA senantiasa menantikan beragam inovasi dari para dosen, baik dalam rangka pembangunan internal maupun menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di Sumatera,” ujar Rektor.

Kuliah Umum

Selain kegiatan pelepasan dosen dan asmik yang akan menjalankan tugas belajar, dalam kegiatan yang diadakan secara hybrid, atau campuran daring dan lansung tersebut turut diadakan kuliah umum yang menghadirkan narasumber Kepala Badan Penelitian Teknologi Mineral (BRIN) Provinsi Lampung Dr. Eng Widi Astuti. Para dosen dan asmik mendapatkan materi seputar tips dan trik lulus publikasi jurnal internasional bereputasi.

Kepada para peserta yang mengikuti secara langsung ataupun daring, Dr. Eng Widi Astuti memaparkan bahwa publikasi penting untuk dilakukan karena berfungsi sebagai media penyebarluasan hasil riset kepada masyarakat dan praktisi lainnya. Selain itu, publikasi yang dilakukan oleh dosen juga dapat menjadi rekam jejak dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.

“Dr. Widi menyebut novelty atau kebaruan ide penelitian menjadi hal yang paling krusial dan harus diperhatikan dengan seksama dalam menyusun sebuah publikasi ilmiah.”

Dr. Widi Astuti turut menyampaikan beberapa kriteria publikasi yang baik, antara lain novelty atau kebaruan ide, kualitas riset, kepenulisan dan presentasi hasil, serta jurnal tujuan yang memiliki high impact. Kemudian terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti target audiens, target jurnal yang berkualitas, probabilitas diterima, akses publikasi (open access/on payment), serta rentang waktu ketika submit dan rilis.

“Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan manuskrip ditolak antara lain novelty yang kurang, desain eksperimen yang kurang baik, target jurnal yang tidak tepat, serta bahasa kepenulisan yang kurang baik,” ujar Dr. Widi.

Namun, terlepas dari itu semua, Dr. Widi menyebut novelty atau kebaruan ide penelitian menjadi hal yang paling krusial dan harus diperhatikan dengan seksama dalam menyusun sebuah publikasi ilmiah. (*)

 

Reporter : Natasya Salsabila (Mahasiswa Teknik Elektro, ITERA)

Fotografer : Syabatra Hasaid